Jumat, 31 Juli 2009
cerpen cinta semarga
dia gemetaran, dengan pelan dia berbalik ke arahku. air mata menbasahi pipinya.
" kamu menangis, kanapa?"
aku melepaskan tanganya."aku pengen mati" dia menarik tanganku dan meletakkanya di bahunya, " kamu mau bersumpah demi tuhan kalau kamu tak mencintaiku". aku gemetaran tanpa terasa air mata mengalir di pipi." kita satu marga" dia melepas tanganku " pertanyaanku bukan itu"
aku memeluknya dengan erat " aku tak akan bisa hidup tanpamu, aku sayang engah mati sama kamu, aku ingin memilikimu"
lama dekapan itu tak terlepaskan , ait mata menalir di sela2 kesunyian.
gerimis mulai turun, tiba2 dia berlutut dan dia mengajal aku untuk berlutut, tanganku di pengang erat2,dia memandang ke atas dengan air mata yang terus mengalir. tanganku di pegang semakin erat." tuhan jika memang cinta ini adalah haram maka ijinkanlah petirmu menyabar kami, samba...r kami...."
nantungku seakan pecah,,, nadiku terhenti. lupandang wajahnya. dan satu hal petir tiada menyambar.
"tuhan mengijinkan kita untuk bersatu,,"katanya pelan
tiba2 suara gertakan terdengar.aku terkejut kala melihat ayahnya berdiri di depan kami" dasar durhaka,,,anak kurang ajar..pulang cepat" dengan cepat dia menghajarku,,, suara erualan mengiringgi pukulan yang menghantam dadaku.aku di tarik ke lokasih perumahan, kemudian kami berdua di ikat di sebuah pohom jambu dr depan rumah sang kepala desa.
semua warga berkumpul dan bergantian meludahi wajah kami.
kutukan demi kutukan terarah ketelinga kami. ,malam itu kami di ikat sampai pagi di tengah derasnnya hujan. aku melihat dia tersenyum sebelum aku tertidur lelap dalam psungn itu.
sekitar jam 3 pagi ada seseorang yang datang menghampiti, mamaku,pelan2 dia membuka ikatanku " pergi dan bawalah ia jauh dari sini".
kami berlari mengarungi hujan lebat, berjalan di hutan yang sunyi.
3 hari perjalanan kami sampai dis ebuah desa kecil di seberang gunung.aku mengendong dia yang telah lemah. " bertahanlah kita sudah smpai"
hari itu aku sedikit lega. sebuah keluarga menerima kami. namun itu bukanlah akhir dari semua derita.
satu bulan kemudian aku mendengat kabat kalau ibuku di pncung di desa.
aku terkaget dan satu minggu setelah itu beberapa penduduk desa datang ke desa kam. meyadari itu aku membawanya kabur menjauh dari bahaya namun sayang sebelum jauh sebuah anak panah telah menembus bahu kekasihku. aku berlari mencoba mengendongnyam namun rasanya aku tak kuat lagi.
darah mengalir deras membasahi punggungku " bertahanlah sayang"
"tinggalkan aku pergilah jauh,,," dia berucap pelan." tidak aku tak akan meningalkanmu". di sebuah jembatan aku terhenti, kuliha penduduk desa sudah mendekat. aku kehabisan tenaga. kupandang pelan aus sungai yang deras, mataku mencucutkan air mata, kupandang keatas" tuhan engkau mengijinkan cinta ini, jagalah aku dan kekasih hatiku."
dangan doa itulah aku meloncat kedalam sungai.
sebelum sampai kesungai aku sempat mendengr kutukan2 itu lagi.
dalam derasnya air sungai aku tetap memegang tanganya. kuliha matanya terbuka. dan darah mengalir menberi warna pada air sungai itu.
ku peluk dia erat erat, didalam air terinat jelas ketika aku menciumnya. terasa indah.
kami terhanyut begitu lama hingga disuatu tempat kami tersangku dan bisa menyingkir ke pingiran sungai.
kutaril dia ke pingiran, kucoba menarik panah namun dia merintih kesakitan.
kulihat matanya terbua mulutnya berucap pelan" nikahi aku sekarang"
aku berteriak keras kueluk dia dan kumenciumnya. " dalam nama mu yang telah menciptakan cinta berkatmu mengalir tanpa pendeta, maka aku berucap berkat darimu menyetuhkan kami dakam percintaan, dan mulai sekarang kami adalah satu yang tudak akun terpisahkan kecuali oleh maut."
lupeluk dia sekali lagi ' aku tak kuat lag sayang,, terimakasih atas cintamu..
pelan2 matanya tertutup distulah untuk terakhirkalinya aku mendengar suaranya. dia pergi untuk selamanya.
Sayang aku datang dan duduk menemanimu si sini. Akan kucoba menghiburmu dengan lagu2 merdu tentang cinta. Akan kucoba meniuplan nafas kerinduaan lewat lantunan irama lagu.
lihatlah aku sayang aku kini terduduk tak berdaya, mulutku penuh dengan kata2 cinta yang tertunda, namun sampai sekarang aku bekum menemukan penganti mu, dan aku tahu aku tidak akan perna bisa mengantikamu.
sayang semalam aku baru dari sekolah kita, sekolah kita waktu sma dulu. Banyak hal telah berubah bungga2 indah yang dulu kau tanamin di taman kelas kita kita telah layu. Namun kupu2 yang dulu berterbangan masih tetap ada di sana meskipun tiada lagi bunga. Sayang aku masih ingat ketika kau dilempar kapur oleh guru karna lau ngantuk. Saat itu aku tertawa terbahal. Katna pada saat itu aku benci padamu karna perasaan cinta yang tak mungkin kuungkapkan. Pertama kali aku merasa bahwa kau juga sayang padaku, itu ketika diadakanya lomba dangsa antar kelas di sekolah kita, dan aku senang bangat bisa berpasangan denganmu. Aku merasakan tanganmu gemetaran memegang bahuku. Irama lagu yang sangat indah sungguh sampai sekarang gerakan dance yang kita pelajari selama dua bulan masih tersusun rapi di kepalaku. Sesekali kalau aku merindukanmu maka aku akan berdansa sendirian sambil membayangkanmu.
sayang aku juga masih ingat ketika kita pernah dihukum lomcat kodok keliling lapangan, waktu itu aku tahu kalau kau tida membawa baju praktekmu, sebenarya waktu itu aku bawah baju namun aku sembunyian biat kita dihukum sama2. Dan aku senang bangat menjadi seekor kodok bersamamu. Waktu itu kita hanya sebatas teman yang saling mencintai.
satu hal yang selalu aku rindukan saat-saat duduk berdua di depan sekolah setelah semua orang pada pulang. Kau tidak akan penah lupa dengan bontot kecilmu yang selalu kita habiskan berdua.
aku rahu beberapa orang yang perna melihat kita terlalu dekat curiga dengan kedekatan kita itu. Namun aku tidak peduki yang kupikirkan saat itu aku mencintamu, dan mungkin aku tidak akan pernah bisa memilikimu atau mengatakan cinta padamu. Meskipun aku mulai sadar kalau kau juga sayang padaku.
sayang kini semua itu tinggal kenangan, kenangan yang tak akan mungkin kembali lagi, saat2 tertawa, menangis, tersenyum dan terdiam semuanyan indah kla bersamamu. Satu hal yang selalu aku bawah dalam doalu kuharap engkau tenang bersama dia di alam sana. Salam bahagia sayang, aku akan tetap disini, duduk menemanimu, aku tidak akan meningalkanmu lagi, aku akan tertidur disini, dan aku berharapa kau tidak akan pernah terbangun lagi. Tapi sebentar sayang saya minum dulu...biar nanti aku tidak kehausan. Minuman bergambat tengkorank ini akan terasa manyenangkan, dan aku akan tenang hingga aku berjumpa denganmu. Selamat bertemu wahai kekasihku....
cerpen cinta, dalam perjamuan cinta
Kamis, 30 Juli 2009
cerpen cinta cara aakhi menyatakan cinta
***
sejak aku duduk di SMA dulu ada kerinduan yang mendalam sekali aku ingin melanjutkan kuliahku bersama saudaraku di palembang, panggil saja dia akhi namanya, aku sendiri namaku fariz, jadi bisa saja sih di gabung akhi fariz hehehehe. penantian demi penantian waktu SMA akhirnya akupun lulus dalam ujian negara, Hhhhhhhh.. rasanya hatiku sudah tenang, kini tingal aku melanjutkan planing baru dan mencari suasana baru, aku benar-benar bahagia saat orang tuaku menyetujiku untuk melanjtukan kuliah di palembang, dari lahir sampai SMA aku di jawa barat, kini saatnya aku merantau, pikirku….. aku membayangkan kuliah bersama akhi saudaraku, akhi adalah adiknya ibuku, jadi kami betul-betul saudara yang ada ikatan hati tentunya, sungguh aku rindu berukhuwah bersama dalam jalan dakwah, manisnya tolong menolong, indahnya diskusi dan canda tawa, toh.. sama saudara, enggak mungkinlah akhi tidak mengakui keberadanku di sana, justru akan merasa bahagia karena kedatangannku??? Tentunya.
***
kini aku sudah bada di pulau orang, orang jawa barat asli (sunda gituloh), aku pertama kali aku menginjak kaki dari bandara melangkahkan kaki ke daerah yang konon penuh dengan kekerasan, dan kekasaran, tapi aku tak peduli karena aku pikir bahwa hidupku kini untuk adaptasi toh, ada saudara ku juga yang mau menemaniku, siapa lagi kalau bukan akhi, rasanya aku ingin melepas rindu, memeluk erat saudaraku yang sudah lama tak berjumpa, kangeeeen.
tok.. tok… tok…. “Assalamu’alaikum” saat tepat berada di depan pintu, sungguh aku baru tau rumah itu, tapi orang tuaku sudah mengetahuinya sejak lama, hanya karena aku saja yang belum pernah kesini.
“wa’alaikum salam”
cklek… pintu terbuka
kami di sambut dengan penuh rasa kangen dan sayang oleh keluarga akhi, sungguh disinilah kami melepas kangen, ah.. awal yang indah pikirku, tapi… di manakah akhi, saudaraku yang selama ini aku harapkan pertemuannya, di manakah dia???
“mba’ di mana akhi? Tanyaku takk sabar
“ oh, lagi ke kampus registrasi ulang”
ooooh.. rupanya ke kampus toh, jam berapa datang?
“ah, sebentar lagi tunggu saja”
sambil menunggu saudaraku akhi, aku melepas lelah, bayangkan dari perjalanan jawa-sumatera, sungguh lelah, aku ingin sekali berkjumpa dengan beliau dan memang benar apa yang di katakan bibi ku, tak berapa lama akhi yang selama ini aku unggu muncul juga.
“asalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam”
rasanya aku ingiiin sekali memeluknya melepas kangen, tapi apa yang terjadi??? oh, my god, akhi hanya bersalaman dan ngeloyor ke dapur entah mau ngapain, iiiiiih, dingin banget, sama sekali seolah dia tak ada kerinduan terhadap saudaranya, di mana ukhuwah yang selama ini aku dambakan? Di mana kerinduan yang aku idamkan?? Di manaaa???? Sungguh aku kecewa berat melihat respon akhi terhadapku, aku jadi teringat novel alabasternya azzuradayana tentang kedatangan fandi yang di sambut dingin oleh clark, betul-betul mirip kasus iu dengan diriku, suerrrr.
***
kuranng dari sebulan di palembang, ke dua orang tuaku kembali ke jawa barat meninggalkanku bersama keluarga akhi di palembang, saat mengetahui cueknya akhi terhadap diriku, bayangkan saja, apaun yang ia lakukan akhi tak mau melibatkan diriku, misalnya mau jalan-jalan atau apalah boro-boro mengajakku memperkenalkan situasi keadaan palembang, sebagai anak baru ingin sekali mengetahui di mana tempat-tempat penting berada, tapi… lagi-lagi, akhi terlalu cuek, ia hanya ingin berjalan dengan dirinya sendri saja,dan jangankan makan bareng, tidurpun ia tak mau seranjang dengan ku, entah apa maksudnya? Apa aku ini najis dalam pandangannya? Atau itu salah satu acara supaya membuat aku tidak betah tinggal di palembang atau apalah yang jelas aku tak ingin lebih berpikir negatif lagi karena selama ini bukan hanya saja sebatas pikiran, tapi.. sebuah tindakan menjadi kenyataan kalau akhi cuek terhadap keberadaanku. bahkan saat teman-temannya datang kerumah tak pernah mengenalkan padaku, kecuali mereka sendiri yang nyerobot kenalan denganku (karena mereka ikhwan kaleeee), itu lah yang aku herankan, kok ada karakter ikhwan yang segitu cueknya, apa tarbiyahnya kurang beres?? Ah, masa bodoh, toh dia juga cuek terhadapku. rasanya aku langsung berontak tidak betah berada di kota ini, walau aku harus kuliah tapi aku harus betul-betul sendiri, mana mau sih… akhi bareng dengan aku, toh. Dia secuek itu,
karena keberadaan itulah… akhirnya aku tak bertahan lama serumah dengan akhi, aku putuskan ingin mencari kotsan dan . atas beberapa alasan dan pertimbangan yang cukup masuk akal sebenarnya di buat-buat, akhirnya aku memutuskan diri untuk tinggal di kotsan bersama teman ku di DK, ah… lebih baik alu begini dari pada capek hati memikirkan kecuekan ini terhadapku, sampai kapaaaan?? Aku tak kuat lagi kalau hidup serumah dalam kecuekan, emangnya gue ikhwan apaan, pikirku
***
sebulan, dua bulan, tiga bulan aku perhatikan sama seklai tak ada perubahan yang jelas pada diri akhi, sungguh menyebalkan. Lalu kemana hati nurani.?? Mungkin aku saja yang egois, tapi aku berusaha ingin ngobrol panjang lebar dengannya, tapi… tak kunjung tiba, capek deeeeeh.,….
Di kampus aku berusaha aktif di LDK, dan akhi pun sama di LDK bahkan sedepertemen dengan ku yaitu syi’ar, ah… sama sekali tak berjalan dengan mulus, syuro’ hanya sekedar syuro’ dan yang lainnya lagi-lagi cuek, bahkan saking cueknya, makan pun tidak pernah mau bareng, apakah aku najis?? Capek deeeeeeh…
Ternyata hidupku tanpa dia juga bisa berjalan, aku bisa beradaptasi dengan teman-teman ikhwahku di di kampus, keberadaan teman-teman di sisiku lumayan menghiburku, dan merek itulah (temen ngaji) yang membuatku betah di palembang.
***
tak terasa, aku di palembang sudah 2 tahun lamanya, selama itulah dia cuek terhadapku, boro-boro bermuta’ba’ah padaku tentang tilawah berapa juz atau qiyamulail berapa malam, sama sekali tak ada ungkapan itu, pokoknya masih seperti semula lah…. Saat ini, sekarang aku tak memikirkan masalah dengan akhi lagi, karena aku sedang di rundung maslah baru yang lebih besar, aku kehabisan uang, tabunganku habis sedangkan meminta lagi pada orang tua aku malu, ingin sekali aku membebaskan orang tua dari bebanku, makanya sedarurat apapun aku tak pernah menelepon kepada orang tua untuk mentransfer sejumlah uang, sungguh aku tak mau jadi beban dalam hidup orang tuaku, tapi.. entah harus ke mana aku mencari sejumlah uang untuku, sedangkan aku sendiri memerlukannya, di samping untuk uang keperluan kuliah, makalah atau yang lain termasuk uang makan sendiri, sungguh berat aku memikirkan hal ini, capek banget….
Setelah habis shalat zhuhur, aku duduk termenung memikirkan nasibku entah sampai kapan aku akan merasakan kemalangan nasib ini, sungguh aku bingung, paling satu-satunya cara adalah meminjam kepada sohib ku, tapi…. Inikhan tanggal tua, atau minjam ke akhi kali yah?? Ehem… no, no banget deeeeh…
Saat aku sedang khusyu bengong, tiba-tiba aku di kejutkan dengan sesosok yng selama ini aku benci, yang selama ini membuatku capek hati, siapa lagi kalau akhi, langkah akhi lahan tapi pasti menghampiriku, betulkah? Aku seakan tak percaya,
“assaalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam”
“katanya antum lagi habis duit yah”
“enggak ah, kata siapa?”
“sudahlah jangan bo’ong, nih kakak ada uang” “kata akhi sambil menyodorkan uang senilai 100 seratus ribu, dia mengepalkan pada tanganku yang terrtutup, sungguh aku tak percaya sabaik itukah pada diriku, beginikah cara akhi menyatakan cinta padaku, tidak harus memberikan pesona yang romantis, tidak harus ada kedekatan interaksi, tapi.. di mana ada kesusahan di sanalah ia berada, di mana ia di perlukan di situlah ia datang, oh.. beginikan sesosok akhi menyatakan cintanya pada sauadara????
ssssstt… kemarin baru saja melaksanakan ujian negara, aseliii murni dari siswa, sama sekali tidak ada bantuan deh dari sekolah, objektif banget pokoknya, karena aku sudah lama konsentrasi untuk sekolah, makannya aku tenang tenang saja menanti pengumuman kelulusan, aku yakin deh,… karena orang tua ku juga selalu mendoakan anak tercintanya,
akhirnya, saat-saat pengumuman pun tiba, ada kebahagiaan terpancar dari senyumku, saat pengumuman juara umum, aku mendapat penghargaan penuh oleh kepala sekolah sebagai juara terbaik dan lulus dengan nilai terbesar, sungguh kini aku merasakan kebahagiaan yang mendalam, aku berhasil membahagian orang tua, Dodi, Didi, meraih prestasi ke dua dan ke tiga , kebetulan mereka berdua adalah teman-teman rohisku juga, alhamdulilah kami luluuuus dengan memuaskan, sungguh di sini aku melihat tangis kebahagiaan dari orang tuaku, mereka memeluk erat mensyukuri prestrasi yang ku dapat, sungguh aku merasa menjadi orang yang paling beruntung, alhamdulilaah… sedangkan di sisi lain, ada muka kesedaihan yang mendalam, dion teman sebangkuku yang selalu sibuk dengan curhat romantisnya dengan pacara, kini berwajah murung, tentu bisa ketebak apa yang terjadi, lima orang sekelas kami tidak lulus , salah satunya adalah dion yang selalu sibuk beromantis ria, ya allah.. baru kali ini aku merasakan kebahagiaan hakiki, kebahagiaan yang terdalam atas kelulusan murni dari hasil keringat ku sendiri, orang tuaku sangat senang dengan ini… sungguh, kini aku baru faham, kenapa orang tuaku mendeportasikanku ke tempat angker itu???? Inilah SEBENARNYA CINTA orang tuaku pada diriku, thank you for all you trows,
cerpen, cinta di ujung jalan
Tiba-tiba aku ingat dia. Hei, kenapa mesti dia? Bukankah aku sekarang sudah punya pacar, bahkan sudah siap menjadi calon suami? Seharusnya yang sekarang-lah yang aku ingat, bukan yang tertinggal.Sedang apa kamu di sana? Di sana, entah di mana. Tentu saja aku tidak tahu karena kamu menghilang sejak enam tahun lalu. Tanpa alamat, tanpa berita. Surat-surat yang sengaja aku tulis tak pernah dikirim untukmu. Menumpuk begitu saja di dalam kotak harta (begitu kita pernah menyebutnya) bersama foto-foto kita yang sudah mulai menguning.Semua karena aku masih ingin mengenangmu. Jangan salahkan aku. Tolong, jangan larang aku. Yang sesungguhnya aku rasakan tidak pernah kamu tahu. Apalagi mengharapkan kamu untuk lebih mengerti. Karena kamu begitu jauh. Ataukah karena sebenarnya kamu terlalu dekat di hatiku?Whoooahmm…Aku menguap sekali. Angin menerobos ventilasi, membelai leherku. Dingin. Agaknya hujan mulai reda. Tidak terdengar suara berisik lagi. Mouse kugeser ke kiri, ke kanan, lalu melingkar-lingkar. Sekali lagi aku menguap.Aku kembali mengetik. Entahlah, apa benar yang sudah aku ketik. Peduli amat.Pluk.Seekor cicak jatuh di atas printer. Aku kaget. Ternyata mataku nyaris tertutup. Sampai mana ketikanku tadi?Ugh, kenapa malam memaksa aku berpikir bukannya menuntunku untuk tidur? Lagu. Bodoh, kenapa tidak memutar lagu saja? Barangkali mampu meredam kantukku. Banyak kaset di laci lemariku. Pop Indonesia, Barat, India -nyaris ada semua- kecuali dangdut dan keroncong. Kaset-kaset itu aku koleksi sejak SMP. Bahkan ada beberapa yang sudah jamuran namun tetap aku simpan.Bryan Adam. Terlalu lembut. Firehouse. Yah, lumayan menghentak. Megadeth? Eh, kaset siapa yang nyasar di sini? Bukan milikku, barangkali salah seorang teman kampusku meninggalkannya di sini. Atau Ebiet G. Ade? Enggak ah, nanti tambah ngantuk. Oh, gimana kalau Bon Jovi? Tidak apa bukan? Mendengarkan slow rock tidak akan menganggu penghuni kamar sebelah yang mungkin sudah hanyut dalam sungai mimpi.This romeo is bleeding, but you can’t see his blood… It’s nothing but some feelings, that this old dog kicked up… It’s been raining since you left me, now I’m drawning in the flood… You see I’ve always been a fighter, but without you I give up…Aduh, kenapa Always yang pertama keluar? Hanya akan mengingatkan aku tentangnya. Bukankah ini lagu yang kamu nyanyikan saat malam perpisahan SMU? Yang khusus kamu persembahkan untukku, membuat aku tersanjung.Kamu masih suka memetik gitar tua itu, yang kau sebut pacar kedua -setelah aku- itu? Tentu saja, musik adalah duniamu, setelah panjat tebing dan hiking. Menurutku hobimu yang lain (pasti kamu enggak sadar) adalah menaklukkan hati para gadis. Dengan senyum tanpa dosa tidak akan ada yang menolak ajakanmu. Termasuk aku.Salahkah bila aku sering membayangkan wajahmu. Dosakah? Cuma membayangkan saja, bukan suatu pengkhianatan, kan? Sungguh, sebesar apa pun keinginanku untuk menghapus ingatan tentangmu, sebesar itu pula ketidakmampuanku untuk melakukannya. Sungguh, aku masih sangat mencintai kamu.
Memang benar kata orang, cinta pertama itu tidak akan pernah mati. Yang paling berkesan. Paling manis. Sekaligus juga pahit. Seperti itulah yang pertama, bukan?Mungkin jalan satu-satunya adalah aku ikut program pencucian otak.Saat tidak ada kerjaan, lebih senang mengingatmu. Saat bertengkar dengan pacarku, lebih nyaman bersama bayanganmu. Menggambar jengkal demi jengkal bagian tubuhmu, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menuangkannya ke dalam kanvas hatiku. Rambutmu yang panjang menggelitik, sepasang mata elang di bawah naungan alis hitam, serta bibir tipis yang selalu basah dan mengurai senyum meneduhkan. Aku hapal wajahmu. Setiap gurat di sana bisa aku ingat, berharap wajah yang aku lukis selalu tersenyum dan menyapaku di ujung malam. Tapi, apakah waktu enam tahun merubah semuanya?Aku kangen kamu.Kangen sapaan ‘selamat pagi’ yang selalu kamu berikan di depan pintu kelas. Kangen genggam tanganmu yang menuntunku turun dari sepeda saat mengantarku pulang. Kangen bisikan lembutmu saat membujuk hatiku. Juga lelucon konyolmu yang tidak pernah habis.Aku kangen semua tentang kamu. Benar-benar.Bed of Roses terdengar. Sejak kapan lagu demi lagu berganti? Rupanya aku keasyikan melamun. Keasyikan melukis kamu. Ah, peduli amat.
Tengah malam.Aku benar-benar menjadi makhluk malam.Sudah empat kali dalam seminggu ini. Banyak tugas baca, makalah, dan presentasi yang menguras isi kepala dan energiku. Aku sering tertidur pukul satu dinihari kemudian terjaga sejam berikutnya. Tidak mimpi. Tidak ada yang membangunkan. Ya, otomatis saja. Sudahlah, pergilah semua bayangan tidak diundang dari kepalaku. Aku harus menyelesaikan tugas. Besok harus sudah presentasi di hadapan dosen dan teman-teman sekelas. Harus bagus, atau aku tidak boleh ikut midsemester.Tiga buku setebal lima senti menenggelamkan kepalaku. Ini semuanya akan aku baca? Berbahasa Inggris pula. Di antara tiga buku hanya satu yang berbahasa Indonesia. Gila, memangnya aku kamus berjalan? Kalau kamu, mungkin iya. Di SMP dan SMU, semua guru bahasa Inggris memuji kepintaranmu. Kosakata yang kamu kuasai jauh melebihi kemampuanku.‘Dengan cara menghapal sepuluh kata setiap hari, tinggal dikalikan, maka kamu tidak akan percaya hasilnya.’Seperti itulah yang kamu bekalkan untukku. Kamu memang pintar, kok. Salah satu kelebihanmu yang sukses menjerat hatiku.Lagi-lagi aku memikirkannya. Ada apa ini? Lupakan. Berusahalah ingat yang lain. Ingatlah seseorang yang nun jauh di sana, yang sedang berjuang untuk kebahagiaan dan masa depanku.Nggak bisa. Hhh, aku memang nggak mau.Aku bosan memikirkan yang sekarang. Terlalu sering. Senyum untuk dia, waktu, bahkan sampai airmata. Aku mau penyegaran. Suasana lain, bersama yang lain. Lagipula aku tidak bersama wujud nyata, hanya lamunan. Kan, tidak salah? Becanda dengan bayangan, tidak akan ada yang tahu, kan? Kecuali Dia tentunya.
Kepalaku ini sulit dikontrol rupanya. Sekali dibiarkan bebas maka akan berkelana sebebas-bebasnya. Tidak perlu mengerti kesusahan pemiliknya. Aku sedang sibuk. Aku sedang menguras isi otakku. Mencari-cari kalimat yang pas buat proposalku.Tombol-tombol keyboard mulai aku tekan dengan kecepatan luar biasa. Isi otakku mengalir deras dan tidak mau aku stop, karena sekali aku stop maka selamanya akan hilang. Mumpung masih segar dan mumpung pikiranku sedang konsen ke satu hal saja, kerjakan sekarang juga.Pengertian Sampah… Pembagian Sampah… Sumber Sampah…Apa ini? Bahasa Inggris lagi. Mana kamusku? Di mana aku letakkan tadi? Aduh, aku begini ceroboh dan tergesa-gesa. Selalu ada yang berantakan dan tertinggal. Tidak pernah teratur dan rapi. Ah, sebodo amat. Aku tidak perlu berdiskusi tentang ini.Cepat, tinggal dua paragraf lagi. Setelah itu masuk ke Metodologi Pembuatan Sampah. Gampang, sudah ada konsep. Tinggal aku ketik dengan penambahan di sana sini sebagai pemanis. Ketua kelompok sungguh baik hati, bersedia menulis serapi ini. Mungkin dia sudah tahu kalau aku bakal kelelahan.Krriiiinnngg!Siapa lagi malam-malam begini? Krriiinngg! Pantatku terangkat. Tanganku terulur siap meraih knop pintu. Sialan, tak ada suara lagi. Siapa pula yang usil. Sukanya mengganggu ketenangan orang.Aku duduk kembali. Lho, sepi? Ternyata kaset Bon Jovi side A sudah habis sejak lima menit yang lalu. Aku segera membaliknya. I wake up in the morning, and I raise my weary head… I’ve got an old coat for a pillow, and the earth was last night bed… I don’t know where I’m going only God knows where I’ve been… I’m a devil on the run, a six gun lover a candle in the wind, yeah… Setiap beat lagu itu memberikan stimulus agar aku bekerja kembali.Jemariku terpaku di atas keyboard. Sial, ke mana semua kalimat yang sudah aku susun tadi? Pasti gara-gara dering telepon kurang ajar itu!Kalau saja dia ada di sini pasti aku dibantu. Tangannya ringan dalam membantuku. Tidak pernah mengeluh, tidak pernah bertanya kenapa, atau pun memberikan nasihat sepanjang Jabotabek.‘Lain kali lebih teliti.’Hanya itu katanya. Tidak lebih.Cinta pertama. Tidak akan pernah habis untuk diceritakan. Seperti sebuah drama teve yang sekarang sedang booming di kalangan remaja dan orang tua. Apa itu judulnya? Meteor Garden? Setiap kuliah kosong, di setiap sudut kelas membicarakannya. Setiap tangan memegang gambar atau fotonya. Bla, bla, bla….Lho, malah ngelantur? Yah, cinta pertamaku memang tidak akan habis atau memudar. Kalau dijadikan bahan novel, bisa setebal 200 halaman bolak-balik. Belum ditambah cover eksklusif dan halaman persembahan.Waduh, otakku kacau lagi. Mungkin aku memang harus masuk program cuci otak.Lalu kenapa putus?Pertanyaan simpel tapi jawabannya serumit benang wol yang dijadikan mainan si Pussy. Bukan mauku untuk putus. Bukan rencanaku untuk meninggalkannya. Semua bukan bermula dari aku. Andai masih bisa memilih, aku akan memilihnya.Bermula dari seseorang yang aku sebut ‘ibu’ dalam keluarga. Yang sudah mempertaruhkan nyawa agar aku melihat dunia, bangun di tengah malam karena aku menangis minta susu, dan mengajari ucapan ‘ayah, ibu’ sampai lidah rasanya kelu. Ibu. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia.Semua orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya Begitulah kata nenek, tiga hari sebelum beliau berpulang. Apalagi untuk anak semata wayang yang diserahi tanggung jawab total membawa nama baik keluarga, seperti aku. Harus begini, harus begitu. Jangan bergaul dengan ini, jangan dengan itu. Aku boleh memilih tapi tetap menyesuaikan dengan keinginan ibu. Sama saja bohong, kan? Ibu mengharapkan yang terbaik untukku, tapi ‘terbaik’ menurut beliau.Dia pintar. Dia siswa teladan. Dia luar biasa baik hati. Bak pangeran negeri antah berantah. Tidak pernah mabuk-mabukan. Mencium bau bir saja membuatnya muntah. Bukan pecandu narkoba, seperti yang sekarang merebak di kalangan pelajar. Dia bersih lahir bathin. Lalu apanya yang salah?Keluarganya.Menurut penilaian orang-orang di sekitarku, ayahnya bukan contoh yang baik. Seorang laki-laki yang telah menanamkan benih ke wanita yang bukan istri sahnya. Ialah ibunya. Tapi dia bukan anak haram. Dia cuma anak yang kurang diinginkan.Napasku tersendat, sudut mataku terasa hangat.Sungguh cengeng. Kembali ke masa-masa itu akan memaksaku untuk menangis. Bukan terharu pada keluarganya yang broken home, namun sedih akan kenyataan yang aku anggap tidak adil. Perpisahan yang tidak aku mau, begitu jauh, begitu lama…Aku tidak yakin dia ingat bentuk wajahku. Ingat lekuk tubuhku saat melintas di dekatnya. Ingat suaraku saat aku menyapa. Atau bagaimana aroma rambutku yang dulu sering diciuminya. Waktu sudah habis demikian banyak, memberi kesempatan untuk suatu perubahan. Dan setiap manusia pasti akan mengalami perubahan, bukan?Sudahlah.Berhenti memikirkan hal-hal yang sentimentil. Berhenti sok romantis. Sok puitis. Hanya akan membuka luka lama. Membuatnya menganga dan berdarah lagi.Bukan ini yang aku harapkan. Tidak. Aku juga ingin lepas dari belenggu masa lalu. Lepas dari ikatan benang merah yang pernah ia ikatkan di kelingking kiriku. Melepaskan bola-bola cinta yang merantaiku ini.Tolong, bantu aku. Jangan hanya kau pandangi aku dari kejauhan. Jangan hanya bergerak sebagai bayangan membisu. Genggamlah tanganku untuk terakhir kali. Bisikkan suara lembutmu untuk terakhir kali.Untuk mengucap kata ‘selamat tinggal’ untukku.Pipiku membasah. Selalu berakhir begini.Monitor komputer tetap berkedap-kedip. Pendar sinarnya tetap menyeruak ke dalam mataku, menambah panas.Bon Jovi tetap menyanyi.Dan aku tetap duduk, mencoba menyelesaikan tugasku hingga akhir.Biarlah seperti ini. End
Posting cerpen by: ekaratna89
Rabu, 29 Juli 2009
cerpen cinta segi empat
cerpen cinta
Ardian…
Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja putus cinta. Awal aku mengenalnya karena tidak sengaja mengirim sms. Setelah itu kami sering bertukar cerita, bertelpon ria.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu.
Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila.
Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan ardian tak pasti, bertemankah atau berpacarankah…
Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hari
Berpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang setia,
Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.
Ardian datang lebih awal daripada adit, mungkin jika adit datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.
Aditya…
Aku mengenalnya karena perjodohan orang tua. Saat itu aku sedang menikmati kedekatanku dengan ardian.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu datang di hati adit, aku tak mengerti mengapa adit sangat ingin menikah denganku, padahal perkenalan ini amat singkat. Entahlah, apakah aku merasa hal yang sama dengan adit? Aku tak tahu. Tapi yang pasti aku kagum akan kegigihan dan perhatian dia.
Hubunganku dengan adit juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku menolaknya
Tapi hingga saat ini seolah dia tak menyerah untuk mengejarku..
Atau mungkin karena target hidup dia yang sudah tersusun rapi dari tahun ketahun. Dia manargetkan menikah pada tahun ini, pada usia dia yang ke 27. itulah adit, dia selalu menyusun rencana hidupnya jauh kedepan. Bahkan 10 tahun, 20 tahun kedepan sudah disusunnya secara terperinci. Tapi itulah yang membuat aku menolaknya, aku belum lama mengenalnya, aku pernah bertanya padanya, apakah saat dia menulis target hidupnya untuk menikah tahun ini, dia membayangkan wanita yang akan di nikahi itu siapa? Aku yakin, wanita yang dia bayangkan bukan aku, tapi orang lain, entah aku tak pernah mau tahu siapa wanita itu. Aku tak pernah ada dalam rencana hidup dia, karena perkenalan kita masih sangat singkat, tapi mengapa harus aku yang harus terjebak dalam target hidupnya?
Sungguh adit dan ardian adalah dua pribadi yang bertolak belakang, walaupun inisial nama mereka sama
Aku adalah seorang wanita, yang selama 3 bulan ini dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap 2 laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut.
Aku sudah bosan menjalani kegagalan perjalanan cintaku, beberapa bulan sebelum aku mengenal ardian dan adit, aku memutuskan untuk menyerahkan kepada orangtuaku utuk memilih seseorang untukku, oleh karena itu mereka mengenalkanku pada adit, anak seorang teman bapak. Karena sudah terlanjur berjanji akan mencoba untuk menerima siapapun yang mereka pilih aku menyetujui untuk bertemu dan mencoba untuk mengenalnya.
Selama beberapa bulan aku mengenal mereka, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi saat aku menolak lamaran adit, keadaan sudah terbalik, ardian tidak lagi menginginkan aku menjadi bagian hidupnya. Aku tak tahu apakah alasan yang dia berikan adalah benar atau tidak, aku tak tahu. Saat aku menolak adit, banyak yang terluka, mama, bapak, adit, mbak tanti bahkan mungkin yang paling terluka adalah aku. Aku hanya memikirkan dan mengikuti perasaanku tanpa mau peduli perasaan orang lain, tapi apa yang aku dapat??? sekuat apapun aku meyakini perasaanku terhadapnya, toh sekarang dia mengabaikannya. Mungkin ini karma untukku…
Aku ingin sekali melupakan 2 nama itu dalam hidupku. Karena mereka membuat aku pusing. Aku merasakan apa yang adit rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan ardian tak seperti yang aku harapkan. Dengan jelas dia mengatakan tidak mencintaiku, dia mungkin hanya mengganggap aku sekedar teman, seorang teman yang kesepian. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta adit, aku sendiri yang akan terluka. Sampai akhirnya aku harus memutus untuk melupakan keduanya, agar tak ada yang merasa menang, agar semua merasakan perih yang sama. Tapi mungkin perih itu hanya untukku dan adit, karena kami sama-sama melibatkan perasaan yang dalam…
Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih, yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapakan 2 kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, untuk mama n bapak, maaf jika masalah ini membuat suasana kita sedikit berkurang keharmonisannya, maaf untuk adit yang sangat jelas terluka, maaf untuk ardian karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin.
Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku.
Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak berkubang lagi pada kisah yang sama dan orang yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua…
Aku ingin menuliskan sebuah puisi sebagai akhir dari kisah ini…
Mencinta…(ku menunggu)
Kadang, Tuhan yang mengetahui yang terbaik
Akan memberi kesusahan untuk menguji kita
Kadang, Ia pun melukai hati kita
Supaya hikmahnya bisa tertanam amat dalam
Jika kita kehilangan cinta..
Maka ada alasan dibaliknya
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti
Namum kita tetap harus percaya
Bahwa ketika ia akan mengambil sesuatu
Ia telah siap memberi yang lebih baik…
MENGAPA MENUNGGU????
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan
Kita tak ingin tergesa-gesa…
KARENA…..
Walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tak ingin sembrono…
KARENA…..
Walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai…
Kita tak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian cinta
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu…
BAGIKU….
Lebih baik menunggu orang yang kita inginkan…
Ketimbang memilih apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai
Ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat
Karena hidupku terlampau singkat untuk dilewatkan bersama
PILIHAN YANG SALAH
Karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius
PERLU KAU KETAHUI
Bahwa bunga tidak mekar dalam semalam
Kehidupan dirajut dalam rahim selama 9 bulan
Cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan ini
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal iman, keberanian dan pengharapan….
Penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan
PADA AKHIRNYA TUHAN…
Dalam segala hikmah dan kasihnya….
Meminta kita menunggu….
KARENA…
Alasan yang penting!!!!!!
Sumber
www.wismacinta.com
Senin, 27 Juli 2009
cerpen cinta, luka di sini
HERU KURNIAWAN
"Aku mencintaimu," kata ini meluncur dari seorang pemuda yang berpakaian rombeng dan belepotan kotor. Ia nyengir, seperti tak ada beban berkata seperti itu. Dan perempuan yang diajaknya bicara hanya cengar-cengir, menggerak-gerakkan tubuhnya yang terbalut kain kotor. Ia senyam-senyum, cengengesan dan mengulum ibu jarinya.
"A.....pa, akang mencintaiku," kata perempuan itu pelan dan lenjeh, "aku juga mencintai akang," lanjutnya.
Pemuda itu tersenyum, cengengesan, dan segera berlari. Aneh, tapi itulah yang selalu diperbuatnya. Ia lari kencang sekali, tak peduli. Lari tanpa arah, yang dibenaknya hanya ada kata: sungai. Dan, di sungai yang kotornya tak ketulungan pemuda itu menceburkan diri,"byuuuurrrrr"
"Ha...ha...ha....," rupa-rupa anak gelandangan yang melihat kejadian ini tertawa.
"Sungai inikan habis kita kencingi"
"Tadi, aku juga buang tahi"
"Orang gila itu hebat, berani mandi dengan kencing dan tahi kita"
Kata-kata anak gelandangan itu bersahutan. Menertawakan.
Pemuda itu tak peduli, terus mandi dan berenang ke tepian. Seterusnya ia mengusir anak-anak gelandangan itu.
"Dasar anak-anak gila, edan, gila...," teriak pemuda itu.
"Kamu yang gila, ceritanya lagi jatuh cinta...ha..ha..ha.." ledek anak-anak itu.
***
Di perkampungan kumuh itu, siapa yang tidak mengenal pemuda gila itu. Orang-orang memanggilnya pemuda gila. Tingkahnya yang selalu aneh semakin melegitimasinya sebagai pemuda gila; suka mandi di kali yang kotor, berteriak memanggil nama-nama perempuan, nyanyi-nyanyi sendiri, bicara sendiri semuanya sudah jadi kebiasaan setiap hari. Tapi, ada penghargaan terhadap pemuda gila itu, ia pintar, cerdas, dan dermawan sekalipun hidupnya sangat hina dan miskin. Jangan menyebutnya miskin, karena dalam dunia orang gila yang hina tak ada yang memikirkan harta, yang ada hanya pikiran mengisi perut untuk hari ini. Hebat, tak pernah memikirkan uang untuk jadi kaya.
Ceritanya pemuda gila itu lagi jatuh cinta. Sama siapa? Sama gadis gila yang biasa berkeliaran di jalan. Siapa namanya? Tidak tahu. Rumahnya? Juga tidak tahu. Di mana ketemunya? Di tepi jalan. Waktu itu, gadis gila itu lagi nyanyi-nyanyi dengan menggendong boneka. Di matanya boneka itu adalah anaknya.
"Mau ke mana, Neng?"
"Cari ayah, untuk anak ini"
"Emangnya siapa ayahnya?"
"Tidak tahu. Tapi, kamu kok mirip juga dengan pemuda yang memerkosaku dan mengambil anakku."
"Masak!"
"Iya bener, wajahmu, matamu, hidungmu, tubuhmu, iya mirip benar dengan orang yang kucari"
Sejak itu, pemuda itu merasa bangga dengan dirinya. Ia merasa lelaki, sebab ada perempuan yang mencari. Dan dia jatuh cinta, saban hari yang selalu dilakukannya adalah berkata tentang Cinta. Cinta. Cinta. Tak mengherankan bila sebagian teman-temannya yang gelandangan dan gila juga mengatakan ia semakin gila karena Cinta. He...he...he...
Pemuda itu terus berlari, anak-anak gelandangan mengikutinya di belakang.
"Hidup Cinta, hidup Cinta, hidup Cinta," teriak anak-anak itu layaknya suporter kesebelasan yang mendukung timnya bermain pertandingan sepak bola.
Di depan warung penjual es, semua berhenti. Dan, pemuda itu memesan es sejumlah dengan pengikutnya. Semua ditraktir es oleh pemuda gila itu. Asyik kan.
"Wah, hebat. Cinta itu hebat, ya. Bisa bikin kaya, buktinya si Gila ini mentraktir kita hanya karena Cinta," seru salah seorang anak.
Pemuda itu tersenyum. Nyengir. Bego.
"Cinta itu sebenarnya apa sih, Gila," tanya seorang anak pada pemuda gila itu.
"Cinta itu,...nanti dech kutunjukkan. Sekarang habiskan dulu es-nya."
Setelah selesai pesta es, pemuda gila itu berkata, "apa kalian pingin tahu, Cinta itu apa?"
Serentak anak-anak gelandangan itu menganggukkan kepala.
"Ayo, sekarang ikut aku. Akan kutunjukkan pada kalian Cinta itu apa," kata pemuda gila itu. Dan berlari. Semua anak mengikuti dengan perasaan penasaran. Di tepi jalan raya yang dipadati kendaraan pemuda gila itu berhenti. Anak-anak gelandangan itu mengikuti. Berhenti. Napas mereka tersengal-sengal. Kesal.
"Ayo, dong katakan Cinta itu apa, Gila?" kata salah seorang anak.
"Cinta itu tidak bisa dikatakan, tapi hanya bisa ditunjukkan," kata pemuda gila itu. Menegaskan.
"Kalau begitu tunjukkan dong, biar kita tahu Cinta itu apa?" tanya anak yang lainnya.
"Baiklah, lihat ini"
Pemuda itu segera berlari menyeberang jalan raya itu. Dan...
"Ha!"
Semua mata anak-anak gelandangan itu terbelalak. Gila, seru mereka dalam hati. Melotot, mereka tak percaya. Menyaksikan pemuda gila itu menabrakkan tubuhnya sendiri pada sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Darah berhamburan membuncah. Tubuh pemuda gila itu berkeping-keping hancur. Pisah. Kepala pemuda itu menggelinding ke arah gerombolan anak gelandangan itu.
"Inilah Cinta," lirih kata kepala pemuda gila itu. Kemudian menutup matanya. Mati.
"Lari....!" seru salah seorang anak.
Mereka berhamburan pergi. Berlari dan salah seorang anak itu membawa kepala pemuda gila itu.
Di padang perkebunan yang luas anak-anak gelandangan itu berhenti. Napas mereka tersengal-sengal. Dan ingatan mereka terus terbayang kematian pemuda gila itu yang tragis.
"Itulah Cinta anak-anak, sama dengan kematian," kata ruh pemuda gila itu yang merasuk ke batin anak-anak gelandangan itu. Semua pikiran anak gelandangan itu sedang berkecamuk, menafsirkan arti Cinta yang tadi dijawab oleh pemuda gila itu dengan kematian.
Anak-anak, Cinta itu mati. Cinta itu mengorbankan nyawa. Cinta itu bunuh diri. Cinta itu membinasakan. Cinta itu memisahkan tubuh menjadi bagian-bagian kecil. Cinta itu sama dengan kematian. Ha...ha...ha...bisik ruh pemuda gila itu pada anak-anak gelandangan itu.
"Apa yang kau bawa"
"Kepala si Gila"
"Ha!"
Semua anak terperanjat kaget, melihat teman mereka yang membawa potongan kepala pemuda gila itu. Kepala itu diletakkan di tanah, sebagian anak-anak menutup matanya takut melihat potongan kepala pemuda gila itu yang masih segar dan berlumuran darah.
"Untuk apa kau bawa kepala pemuda gila itu?"
"Untuk kuberikan pada gadis gila itu"
"Maksud, kamu, pacar si Gila ini"
"Ya"
Semua mata anak-anak gelandangan itu menatap kepala pemuda gila itu. Tenang. Hening. Seperti sedang terjadi penghormatan atas kematian pemuda gila itu.
***
Di tepi jalan ramai, seorang anak kecil menyerahkan sebuah bungkusan plastik pada gadis gila itu.
"Ini untukmu, Gila"
"Hore..hore...ada anak edan ngasih hadiah padaku. Hore.."
"Dasar gila," gerutu anak itu seraya pergi. Berlari.
Di rumahnya yang kotor, berlantai tanah, berdinding kertas kardus dan beratap plastik gadis gila itu membuka bungkusan plastik itu. Darah tersegap. Berhenti sejenak, mata gadis gila itu membulat seperti bumi. Muka memerah dan air mata berurai. Tarikan napasnya mengisyaratkan tekanan batin yang luar biasa memilukan.
Seketika ia mengamuk, rumah kotornya diobrak-abrik dan dibakar, tak ayal api merambat cepat dan membakar seluruh isi perkampungan kumuh itu. Api membara melahap semua yang menghadang, dan ratusan orang berteriak-teriak minta tolong seraya berusaha memadamkan api dengan air. Tapi sia-sia, api kadung sudah gila pula.
Gadis gila itu lari. Hilang. Entah ke mana.
"Lihat, itu ada mayat, di tepi sungai" seru seorang anak gelandangan. Segera, teman-temannya melihat yang ditunjuk anak itu. Dan, semua kaget saat mengetahui kalau mayat itu adalah gadis gila pacar dari pemuda gila itu.
"Inikah Cinta, Gila" seru hati setiap anak gelandangan itu.
***
Masanya terus beranjak, kini usia anak-anak gelandangan itu bertambah dua puluh tahun. Mereka telah dewasa. Tapi, aneh tak satu pun di antara mereka yang mau menikah atau pacaran. Kenapa? Mereka bilang takut dengan Cinta. Kenapa? Cinta itu Gila. Maksudnya? Dua manusia Gila itu telah mengajari Cinta, sungguh Cinta itu benar-benar Gila. Mematikan. Mereka tak mau mati. Tapi, apa kalian tidak melihat ibu-ibu kalian yang selalu resah menantikan kehadiran cucu, demi kelangsungan hidup manusia-manusia gila. Dunia perlu ekosistem, ada yang mulia, harus ada juga yang hina! Ha, apa benar, kita harus bagaimana?
Desa Mengger, 10 April 2005
cerpen cinta video
Cerita Cinta By Noryn Aziz Music Video
Glenn Fredly - Akhir cerita cinta
Cerita Cinta Lima Bintang (Demi Bumi) "Ke Gedung"
Minggu, 26 Juli 2009
cerpen cinta yang aneh
”Suwarno, aku melihatmu tadi malam. Engkau tampak gelisah tak bisa tidur, adakah yang engkau sembunyikan dari Bundamu.”
”Entahlah Bunda, ada sesuatu yang membuat aku tersenyum sendiri. Tapi sesuatu itu... aku tidak bisa menamakannya. Jika namanya jauh aku merasa kesepian dan aku merasa tidak dikehendaki.”
”Tenanglah. Aku tahu apa yang membuat pemuda seusiamu menjadi gelisah. Bundapun pernah merasakan waktu dengan Ayahmu. Itu adalah cinta Nak. Hmm.. tampaknya putraku bertambah besar. Eh kalau Bunda boleh tahu siapa gerangan gadis yang telah membuat putraku ini sekarat dalam cintanya.”
Aku tak menjawab, aku takut Bunda akan menertawakanku.
”Tidak mau cerita pada Bunda ya. Tapi Bunda sudah tahu nona mana yang engkau sembunyikan itu?”
”Siapa Bunda?”
”Nih undangan ulang tahun dengan aroma melati yang memikat dari Eliah, putri Pak Lurah temanmu sewaktu SD. Waktu SMP dia dapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya sampai kuliah di Amerika karena memenangkan olimpiade Fisika. Kini Eliah pulang, dia ingin merayakan ulang tahun di desanya daripada di Amerika. Bagaimana wajahnya sekarang ya calon menantuku tersebut. Eh apakah kamu masih menyimpan surat cinta pertamanya sewaktu SD dan kamu minta ibu pakai lipstik untuk dikecupkan pada surat balasanmu. Ha... ha...”
Aku tersipu malu. Bunda terus menggoda yah hanya bunda dan bapakku yang aku cintai dan kekasihku yang tiap malam mendatangiku hingga kuberpaling dengan cinta yang lain. Aku ingin sekali bertemu dengannya, telah ribuan kali aku berkirim surat cinta padanya dan merayunya. Tapi entah kenapa dia masih menggodaku dan membuatku penasaran. Sudahkah cintaku diterima? Hanya kalimat itu yang terus terngiang dalam rindu tak tertahankan.
”Betulkan tebakan Bunda?”
Aku mengangguk-angguk serta tersenyum dalam lamunannku yang penuh kedamaian, aku merasa dalam taman surga.
”Ha ha akhirnya rahasiamu terbongkar. Kamu pasti memikirkan kenangan-kenangan indah dengannya,” teriak Bunda yang melihat anggukan kepala dan senyumanku. Bunda mendekapku, yang kutahu dekapan itu adalah dekapan yang tidak ingin berpisah denganku bukan karena tebakannya. Aku merasakan irama jantungnya berdetak tenang, tenang dan tenang walaupun jantungnya terserang kanker ganas.
”Ingat nanti malam kamu jangan pernah berpikir apapun karena yang didamba telah mendatangimu. Inilah yang namanya jodoh.”
”Baik Bunda, aku harus ke sawah. Bapak telah menungguku.”
########################
”Jika hanya nyawa ini yang engkau inginkan untuk mendapatkan cintamu, ambillah. Jika tersiksanya badan ini agar engkau menjadikanku sebagai kekasih, siksalah badan ini. Kirimkanlah surat cintamu, wahai pesona.”
”Mas, ada apa. Merindukanku?”
Aku tersadar ada yang mengutitku dan mendengarkan keluhanku sejak tadi. Logatnya kebarat-baratan.
”Ternyata you masih menepati janji waktu kita kanak-kanak”
”Siapa kamu?” Aku bertanya pada sosok gadis elok di depanku berambut pirang terurai dengan asesoris gaya kawula muda barat tapi masih sopan untuk ukuran kesusilaan desaku. Senyumnya yang menawan dari bibir tipis membuat aku sedikit mengenalnya.
”Waktu selalu berubah. You boleh melupakanku tapi gubug ini adalah aku. Yah gubuk ini you buat untuk menunjukkan cintamu padaku dan you berjanji akan menjaganya sampai aku pulang. Ha ha tapi itu dulu ya mas?!”
”Bunga Bangkai! Kapan datang dari Amerika,” sontakku kaget.
”Ha ha, baru saja aku datang dan langsung ke sini. Bunga Bangkai! You masih ingat nama panggilan sayangmu kepadaku yang kita rahasiakan. Ah panggilan itu kan muncul waktu si Kalim memberikan bunga mawar untukku. Dan si Wirai memberikan untaian tunas pakis. You cemburu dan mengajakku masuk ke dalam hutan. You menunjukkan bunga Bangkai. Dan you berkata bahwa bunga mawar dan tunas pakis tak akan mampu mengalahkan bunga Raflies karena kekokohannya. Katamu cinta adalah kekokohan bukan dari aromanya dan semainya.”
”Ha.. ha...,” kami berdua tertawa. Dan kami bercerita sampai ayam berkokok memberikan titik akhir cerita. Tapi entah kenapa aku merasakan cinta masa kecilku itu tak membuat aku tentram.
”Hai you sudah punya pacar?”
Aku terdiam. Eliah sangat cepat perubahannya, dia kini lebih agresif. Aku merasa dia bukan Eliah kecilku lagi.
”I’m sorry. Nanti you harus datang ya. Ini juga reuni SD kita. Mas Kalim dan mas Wirai juga diundang. Pasti seru ya ada cemburu-cemburuan kayak masa kecil dulu. Aku juga membawa teman dari Amrik nanti aku kenalkan. Mereka anggota band terkenal lho dikampusku. Dah...”
Kami berpisah, kumemandangnya dengan terpaksa. Belum beberapa meter melewati pematang sawah, Eliah berbalik arah menujuku yang masih terpaku di dalam gubug.
”Perdengarkanlah suara serulingmu karena itulah yang sangat aku rindukan darimu.”
Aku mengeluarkan seruling dari balik baju dan kuperdendangkan lagu kebangsaan cinta kita. Eliah meneteskan air mata, tubuhnya mulai merapat pada tubuhku. Kepalanya bersandar pada bahuku. Hingga secercah sinar fajar terpaksa muncul sebelum waktunya hanya untuk menyaksikan cinta yang lama bersatu kembali. Lagi-lagi aku merasa dia bukanlah yang aku rindukan selama ini. Tak tentram hatiku. Siapakah gerangan engkau wahai penyiksa hatiku...Aku yakin bukan yang di sampingku.
##################
Pesta yang sangat meriah. Musik khas kawula muda Amrik menghentak diiringi tepuk tangan undangan. Aku datang terlambat melaui pintu dapur, ada sesuatu yang menyiksa dan memaksaku untuk menyebut namanya beribu-ribu kali pagi itu. Kedua orang tuaku membantu pesta Ultah Eliah sudah menungguku. Wajahnya tampak kelelahan menyambutku di dapur.
”Anakku kenapa engkau tampak lesu. Bukankah engkau sudah mendapatkan cintamu kembali?”
”Dia memang cintaku Bunda, tapi semenjak kepergiannya aku merasakan ada cinta yang lebih hebat dari cintanya. Entahlah, cintanya membuat aku tidak mau berpaling darinya”
”Cintanya gadis mana yang membuat engkau tersiksa. Adakah yang lebih indah di desa ini dari Eliah?”
”Dia lain dari yang lain Bunda. Jika dia menjadi kekasihku aku yakin aku adalah orang yang paling beruntung.”
”Ugh. Itulah kenapa cinta sulit dinalar. Tapi ingat jangan paksakan cinta, sebab cinta adalah keliaran. Pergilah ke ruang pesta mungkin kekasih tak sejatimu sedang menunggu”
Aku mencoba menenangkan diri, merapikan setelan jasku yang pernah dipakai Bapak waktu menikah dengan Bunda.
”Oh yang kutunggu dari tadi,” sambut Eliah.
Mataku menatap parasnya, sangat luar biasa cantiknya. Tubuhnya dibalut gaun rancangan desainer muda temannya yang bisa menghabiskan tanah di desa ini untuk desainnya saja.
”Maaf ya terlambat. Aku ucapkan selamat ulang tahun yang ke 25. Semoga Allah menjagamu”
”Tank you. Mau berdansa denganku?”
”Aku tidak bisa berdansa”
Eliah menyambar tanganku. Dengan lagu yang romantis dia memelukku dan mulai berdansa. Bunda dengan mata sayunya mengintip dari nako ruang tamu. Bunda mengerti apa yang sedang terjadi padaku. Aku berharap Eliah tidak mencintaiku walaupun aku masih menyimpan benih cintanya karena aku telah menduakanmu. Maaf...
Lagu berhenti seluruh yang hadir bergerombol di depan panggung. Di sana telah berdiri Pak Lurah Matgiso seorang paripurna Jenderal TNI dan istrinya, Bu Dar. Tak lama kemudian Eliah melepaskan genggaman tanganku. Lilin ditiup dan muncullah pemuda Jepang memberikan ciuman hangat di keningnya. Aku terperanjat, ada sedikit rasa cemburu tapi kembali redup saat aku yakin itu adalah budaya Barat. Pak Lurah memegang mikrofon memberikan sambutan. Awalnya datar tapi pada saat kalimat ini....
”...Pemuda ini adalah salah seorang profesor muda bidang Fisika dan Biologi terkemuka di Amrik. Einstien Asia julukannya. Dia yang selalu membimbing Eliah dan mengajarinya banyak hal. Pemuda bernama Fain Caing Bo Gail ini telah masuk Islam dan berganti nama menjadi M. Sudin Sukardi. Dia akan.... menikahi putriku, Eliah”
Kenangan indahku masa kanak-kanak bersama Eliah berhamburan keluar dari ingatanku. Bundaku tersenyum terpaksa, dia menghampiriku dan mendekapku. Jantungnya menenangkanku dan seolah berkata; kini engkau putraku terbanglah bersama kekasih yang engkau puja setiap malam itu bukankah itu yang engkau harapkan. Eliah tersenyum kepada seluruh undangan tapi dia melewatkanku dalam pandangannya. Aku berpamitan pada Bunda tak tahan juga melihatnya berdua bermesraan di atas panggung.
”Bunda tolong kasihkan bunga di belakang rumah padanya. Aku tidak berani membawanya ke sini, baunya akan merusak pestanya.”
#######################################
Aku berlalu menuju gubug. Kumainkan suling pada alam, kuberitahu pada mereka bahwa aku tidak patah hati karena Eliah. Tapi kerinduan pada cinta kekasihku yang lain. Malam itu kerinduanku memuncak dan cinta sudah pada titik nadzir. Aku mulai berjalan menjauh dari gubuk. Namanya telah menghilangkan kesadaranku, semakin jauh sudah aku berjalan meninggalkan desaku. Entah berapa jauh aku berjalan hingga kakiku bengkak dan pakaianku kumal. Namanya dalam hati terus ku sebut tak sekedip matapun hatiku melupakannya. Sekelilingku seakan semua semu, hampa, tak ada kesejatian. Dari lemparan buah busuk warga yang kulalui sampai teriakan bahwa aku aku ini gila tak membuat hati ini goyah dalam dekapan cintanya. Rindu tak tertahankan akhirnya terobati, surat cintaku terbalas. Tubuhku kini adalah tubuhnya, kakiku adalah kakinya dan setiap inci dari tubuh ini adalah dia. Aku telah bertemu sedikit aromanya, aku tersenyum dan dunia semakin jauh meninggalkanku.
Sepuluh tahun sudah aku mencium aroma kekasihku, kurengkuh kenikmatan cintanya yang luar biasa. Kekasihku telah membuka cadar rahasianya yang membuat aku semakin tergila dibuatnya. Sangat indah...andai engkau merasakannya. Saat masa-masa indah bersama aroma kekasihku itu aku memutuskan pulang, kurasakan detak jantung bundaku dari ribuan kilo ini mulai melemah...
Tibalah aku di desaku, semuanya berubah. Penduduk menyaksikanku tampak aneh, dengan rambut panjang yang gimbal, kumis dan jenggot tumbuh tidak terawat. Di sana telah berdiri Universitas Fisika yang megah. Aku tidak berani memasuki desa lebih jauh, takut menakuti anak-anak desa. Kuputar haluan menuju gubug, kuharap tak berubah. Ternyata gubugku terawat dengan puluhan bunga raflies. Aku mengeluarkan seruling, kuharap alam desaku masih bisa mengenalku. Malam telah tiba, aku membersihkan diri di air terjun. Dengan mengedap-endap aku menuju rumah, bersama kekasihku untuk aku kenalkan pada Bunda.
”Assalamualaikum, Bunda, Bapak”
”Waalaikum salam. Siapa gerangan itu?”
”Aku dan kekasihku”
”Suwarno. Kaukah itu putraku. Sudahkah engkau mendapatkan cinta kekasihmu”
”Kemarilah Nak”
”Dan apakah kamu telah menemui kekasihmu. Ke mana dia, kenapa tidak diajak masuk?”tanya Bapak.
”Dia hanya mendekat saat kita dekat dan dia akan jauh saat kita jauh”
”Apakah yang kau maksud kekasih sejatimu itu...”
”Allah. Benar Bunda, aku sangat mencintaianya. Dan Dialah yang menuntunku pulang. Aku sangat mencintaiNya Bu”
Aku menerawang jauh mata Bunda. Dan kembali Bunda memelukku. Orang tuaku menangis...
”Besok Eliah ulang tahun. Engkau bisa datang”
##################
Acara mewah di audotorium kampus di kemas dalam konsep pribumi. Puluhan Limosin berdatangan, para tamu negara juga banyak yang datang. Penjagaan amat ketat hanya yang membawa undangan yang boleh masuk. Aku lihat teman-teman SD ku banyak yang datang. Acaranya sangat Islami. Ada Rebana dan gambus. Dari balik panggung aku lihat Eliah melakukan sambutan, matanya tampak lebam dan berkaca-kaca.
<>”Para hadirin. Dialah calon istriku. Kekasihku yang menghendaki dia jadi istriku
<>”
cerpen cinta, cinta mati
“Enggak seperti biasanya juga sebuah sekolah yang terletak di kota hujan Bogor, di selimuti cuaca yang panas. Aku bisa mati kepanasan kalau setiap hari seperti ini,” Koko lagi-lagi mengeluh.
Cowok berbadan subur seberat 82kg, memang bukan tipe cowok yang kebule-bulean yang suka berjemur dengan panas matahari, ia asli sunda tapi enggak bisa bahasa sunda sedikitpun. Badan gempalnya sering jadi ledekan semua temannya, banyak yang mengatakan kalau ia mirip mobil tangki pertamina, gas elpiji, lebih parahnya lagi ia disamakan mirip Ruben Studdart pemenang American Idol itu (eh salah ding, kalau itu sih pujian).
“Pecundang, butelan kentut…ngapain loe bengong disitu…”Aldo ketua osis keren, tampang model, neriakin Koko yang masih bengong sendirian dilapangan.
“eh…oh…,”Koko baru sadar dari lamunannya, ia berlari dengan segera ke kelasnya yang ada di lantai tiga, parahnya lagi ia harus menaiki tangga untuk menaiki kelasnya dan tidak ada lift seperti gedung-gedung mewah di sebelah sekolahnya. Walaupun ada keuntunganya juga ia menaiki dan menuruni tangga, ia bisa menurunkan berat badannya yang sudah segede karung beras. Tapi kali ini kerugian di depannya ia bisa telat memasuki kelasnya, yang pelajaran pertama dimasuki oleh guru antropologi yang super killer.
”My God…, ini mungkin hari terakhir kehidupan gue” Ucap Koko tersengal-sengal kehabisan tenaga ketika ia sudah di depan pintu kelasnya.
Kreeekkk….pintu kelas ia buka, AAAAAHHHHH……..jerit Koko kaget, asli kaget, sebuah penghapus papan tulis sudah melayang siap mengenai wajahnya, “Heeiiitt…..mirip Sthepen Cou difilmnya Kungfu Hustle, Koko menghindari penghapus papan tulis itu, apesnya penghapus itu mengenai kepala sekolah yang kebetulan lagi lewat.
“Mampus loe Killer” ucap Koko dalam hati kesenengan.
“Maaf, Pak Tedjo bisa menghadap saya sekarang,”Si Tedjo, wong killer itu di panggil oleh Ibu kepala sekolah kekantornya.
Anak-anak yang lainnya di dalam kelas langsung berteriak senang, termasuk Koko sendiri, pertama ia bisa terhindar dari hukuman Si Killer, kedua ia bisa enggak mengikuti pelajarannya yang asli ngebosenin banget.
Sayang, beberapa menit kemudian, tawa semua anak sekelas dan kehidupan surga yang diterima oleh Koko karena Bebas dari hukumannya harus terhenti sekarang, karena Si Killer balik lagi, tapi bukan dengan Ibu Kepala Sekolah melainkan dengan Angel, malaikat kepagian yang langsung membuat mata dan hati Koko dan belasan murid laki-laki lainnya lumer.
“Kamu Koko jangan ketawa dulu…..hukuman kamu masih berlaku”Tunjuk Si Killer, tepat mengarah kemuka, seolah ia ingin menggigitnya buas.
Koko Cuma tertunduk mengucap mantra-mantra penyelamat jiwanya, ia berharap jin penghuni kelas bisa mengubah kata-katanya Si Killer.
“Perkenalkan, kali ini Bapak membawa teman baru kalian semua, ia pindahan dari kalimantan, perkenalkan nama kamu” suara serak ala mbah dukun keluar dari bibir hitam Killer yang pengidap linting putih alias rokok.
Cewek kuning langsat, manis, cantik, ayu, dan proposional banget, itu maju selangkah dari tempat ia berdiri, ia mulai membuka mulutnya.
“Nama aku…, Luna Prisma.
“eleh….pemain aktris Cinta Silver jeung Ruang nyak, eleh-eleh geulis pisan euy, meni ayu”celetuk acep warga penghuni lembah kerak bumi yang sunda teuing.
“Hemm, bukan aku cuma orang biasa, hobby aku berburu sama friendster, tapi karena disini enggak ada hutan lebat kayaknya harus di tunda, dan …aku harap kalian bisa bantu aku selama disini” suara lembutnya memenuhi isi kelas, yang membuat orang dapat tertidur seketika. Luna pun, berjalan menuju kursi kosong yang ada di depan tempat duduk Koko.
“Mang…..laler tah rek asup, liat cewek sampe mangap kos kitu, tah ti depan situ bidadarina diuk” Gorli membangunkan Koko yang terlena melihat kemolekan Luna.
Ketika istirahat, semua isi sekolah langsung menyerbu kelasnya Koko daya tampung ruang yang cuma 40 siswa berubah jadi lautan kaum adam yang ingin melihat paras ayu wanita kalimantan.
Banyak yang memasang wajah mupeng ketika ia sudah melihat Luna.
“Minggir-minggir…,”Aldo dan komplotannya datang, ketua osis yang super jago taekwondo ini menarik semua orang yang menghalanginya.
“Ngehe’ loe”celetuk salah seorang siswa yang enggak tahu siapa.
“Hai….gadis manis……, pindahan ya….dari mana…?”tanya Aldo basi dan enggak berbobot.
“Dari kalimantan” Jawab Luna singkat dan males-malesan.
“Kamu……
“Sorry aku mau ke toilet” Belum sempat Aldo meneruskan kata-kata-nya, Luna langsung berdiri beranjak pergi, tapi tetep aja mata keranjang kaum adam, pengikut buaya darat mengikutinya.
Inilah enggak enaknya jadi anak baru, bingung mau kemana-mana juga, semua masih asing.
“Eh….sorry toilet dimana….?”Luna menepuk bahu Koko dari belakang, dan itu malah membuat Koko terbengong-bengong.
“Hei…hei…”Luna melambaikan tangannya di depan wajah Koko yang mirip orang mati dan kaku.
“Ohh..o…sorry kamu kesana aja lurus terus ruang sains belok kanan sampe,”tunjuk Koko gelagapan.
“Makasih ya…, kamu yang duduk di belakang aku kan”Koko Cuma bisa mengangguk”Nanti kita ngorbrol-ngobrol daaahh…..”Luna berlalu dari hadapan Koko, tapi tidak di hatinya.
“Ini baru cinta”desis Koko pelan.
“Plaak…..”kepala Koko di pukul dari belakang.
“Anjing….”Koko mengelus-elus kepalanya.
“Mimpi loe, cinta-cinta”Gorli menarik Koko balik kekelas.
Sejak dari itulah Koko yang tadinya, enggak semangat buat kesekolah, males ngerjain Pr, tidur dikelas, sekarang berubah 1800 . Ia jadi anak yang rajin dan tepat waktu, seolah setengah nyawanya yang kemarin hilang kini sudah kembali. Ia pun semakin dekat dengan Luna, Luna yang mempuyai sedikit banget teman karena ia bukan orang yang gaul, lebih memilih Koko sebagai teman bicaranya karena Koko memang orang yang banyak tahu tentang semua hal. Sayang enggak untuk hal kewanitaan.
Setiap hari, waktu dan itu membuat perasaan cinta Koko makin membuatnya sering berdebar-debar ketika sedang berdua dengan Luna dan itu membuatnya sedikit tersiksa, kadang ada perasaan dan keinginan buat nembak Luna tapi selalu ditunda oleh Koko karena urusan fisiknya. Oleh karena itulah kemarin siang ketika jam pelajaran selesai Koko iseng nanya.
“Luna kok’ belum dapet pacar udah dua minggu disini ?,”tanya Koko yang gemetaran.
“Masih belum nemu yang cocok aja, mungkin nanti, tapi Koko tau enggak cowok yang pake jaket putih itu siapa,”Luna menunjuk Arvi maskot sekolahnya Koko.
“Oh….itu Arvi, tapi jangan sekali-kali deketin dia,”larang Koko dengan mimik serius.
“Kok’,emang kenapa ?,”Luna penasaran.
“Dia pemake….narkoba,”Koko terpaksa ngejelekin Arvi.
“Ya, udah deh pulang yuk…..
Lega sudah hati Koko saingannya telah hilang, tapi ia masih sangat merasa bersalah banget udah ngejelekin Arvi yang aslinya super duper baek. Tapi ini demi cinta pertamanya di dunia dia siap ngelakuin apa aja.
Sebulan sudah Luna ada di kota Bogor kota hujan yang akhir ini lebih sering panas, ia dan Koko semakin dekat seolah mereka sudah berteman sejak puluhan tahun yang lalu.
“ Ko, jalan aja ya…!, gak usah naik angkot, panas”Ajak Luna.
“Terserahlah…..”jawab Koko, santai.(dalem ati gugup tuuuhh…)
“Tadi lu bilang Arvi, jahat tapi kok dikantin tadi dia baik banget, kayaknya dia perhatian banget gitu”Cerocos Luna.
“oh…masa..sih…?”Koko sok-sok gak tau.
“Lu salah kali Ko,”
“Mungkin sih…”Koko ngalah.
bEsok di Skul
“Ko………Koko……..”teriak Luna.
“Hai…pagi, ceria banget….”Koko seperti biasa tersenyum sumringah.
“Gue kekantin dulu ya…Ko…pulang jangan lupa bareng lagi…”Luna berbelok kekantin..sedangkan Koko terus berjalan kekelasnya sambil terus memandang Luna….menghilang dibalik tembok.
Koko yang sejak pertama kedatangan Luna sudah memendam cintanya, berniat pulang sekolah ini mau nembak, Luna. Kenapa enggak pikir Koko, lagipula mereka udah deket banget buat pegangan tangan sama cepika-cepiki udah biasa, pulang sekolah adalah saat yang tepat,”pikir Koko yakin.
Pulang sekolah Koko pulang bersama Luna sesuai rencananya Koko ingin nembak Luna di taman bunga dekat sekolahnya. Mereka berjalan berdua seperti biasanya yang membuat mata kaum adam dan pria berjakun lainnya menelan ludah, pengen. Banyak diantara yang lainnya maki-maki Koko, Pecundang bajingan loe, bangsat, tapi Koko Cuma nanggepin dengan senyum-senyum aja.
“eh….Lun…, gue jadi ngerasa akhir-akhir ini kayaknya malaikat lebih sering turun siang…ya…dari pada malem,”Koko, mengeluarkan jurus lelaki buaya darat (Ratu kaleeee…)
“Masak…sih…..kok bisa ?
“Ya…gue ngerasa…malaikat-malaikat itu banyak beri gue pencerahan ma gue akhir-akhir ini kalau lagi siang”Koko ngeles.
“Lucu yaa……,”Luna menanggapi dengan bercanda.
“Gue juga, ngerasa pelangi selalu muncul tiap hari makin hari makin terang lebih berwarna cerah, pokoknya selalu ngasih kenyamanan kalau gue selalu deket sama pelang itu,”Koko, sok romantis.
“Loe kenapa sih Ko, kayaknya hari ini omongan lu tuh puitis gimana…gitu, kenapa sih……
Mereka berhenti di pinggir jalan. Di bawah pohon Pinus, yang rindang….adem.
“Mau ngapain Ko…?”
“Kamu tunggu disini diem dulu jangan kemana-mana nanti aku mau ngomongin sesuatu,”Koko memegang bahu Luna, dan ia bersiap menyebrang ke taman bunga yang ada di seberang untuk mengambil beberapa tangkai bunga untuk di berikan pada Luna.
“TIIIIIIIIIITTT…….GUBRAK…AAAAAAH………..
“KOKO……………..”teriak Luna kaget ia langsung menghambur ke tengah jalan, darah mengucur deras dari kepala Koko, denyut nadi terhenti, jantung diam, mata tertutup ia mati, KOKO, sang pecundang, pengungkap cinta tertunda.
“I LUV U KOKO……..”bisik Luna di telinga Koko……..tanpa nyawa, dengan mata berderai. Aku juga sangat mencintaimu, aku juga sudah mengerti dengan kata-katamu tadi…….tapi sekarang aku harus menangis, aku harus sedih……tawamu yang beberapa menit tadi menghilang, kata-katamu yang puitis tadi jadi bisu, dan kini cintamu kau bawa mati. Cinta aku dan kamu mati. Miss u KOKO.
My hoz
14-02-2006
FEBRIANSYAH