Akhirnya….selesai juga mandi mataharinya” keluh Koko, sambil mengelap keringatnya yang sudah membasahi hampir semua baju seragamnya, ini upacara yang paling lama ia ikuti sepanjang 8 tahun ia sekolah.
“Enggak seperti biasanya juga sebuah sekolah yang terletak di kota hujan Bogor, di selimuti cuaca yang panas. Aku bisa mati kepanasan kalau setiap hari seperti ini,” Koko lagi-lagi mengeluh.
Cowok berbadan subur seberat 82kg, memang bukan tipe cowok yang kebule-bulean yang suka berjemur dengan panas matahari, ia asli sunda tapi enggak bisa bahasa sunda sedikitpun. Badan gempalnya sering jadi ledekan semua temannya, banyak yang mengatakan kalau ia mirip mobil tangki pertamina, gas elpiji, lebih parahnya lagi ia disamakan mirip Ruben Studdart pemenang American Idol itu (eh salah ding, kalau itu sih pujian).
“Pecundang, butelan kentut…ngapain loe bengong disitu…”Aldo ketua osis keren, tampang model, neriakin Koko yang masih bengong sendirian dilapangan.
“eh…oh…,”Koko baru sadar dari lamunannya, ia berlari dengan segera ke kelasnya yang ada di lantai tiga, parahnya lagi ia harus menaiki tangga untuk menaiki kelasnya dan tidak ada lift seperti gedung-gedung mewah di sebelah sekolahnya. Walaupun ada keuntunganya juga ia menaiki dan menuruni tangga, ia bisa menurunkan berat badannya yang sudah segede karung beras. Tapi kali ini kerugian di depannya ia bisa telat memasuki kelasnya, yang pelajaran pertama dimasuki oleh guru antropologi yang super killer.
”My God…, ini mungkin hari terakhir kehidupan gue” Ucap Koko tersengal-sengal kehabisan tenaga ketika ia sudah di depan pintu kelasnya.
Kreeekkk….pintu kelas ia buka, AAAAAHHHHH……..jerit Koko kaget, asli kaget, sebuah penghapus papan tulis sudah melayang siap mengenai wajahnya, “Heeiiitt…..mirip Sthepen Cou difilmnya Kungfu Hustle, Koko menghindari penghapus papan tulis itu, apesnya penghapus itu mengenai kepala sekolah yang kebetulan lagi lewat.
“Mampus loe Killer” ucap Koko dalam hati kesenengan.
“Maaf, Pak Tedjo bisa menghadap saya sekarang,”Si Tedjo, wong killer itu di panggil oleh Ibu kepala sekolah kekantornya.
Anak-anak yang lainnya di dalam kelas langsung berteriak senang, termasuk Koko sendiri, pertama ia bisa terhindar dari hukuman Si Killer, kedua ia bisa enggak mengikuti pelajarannya yang asli ngebosenin banget.
Sayang, beberapa menit kemudian, tawa semua anak sekelas dan kehidupan surga yang diterima oleh Koko karena Bebas dari hukumannya harus terhenti sekarang, karena Si Killer balik lagi, tapi bukan dengan Ibu Kepala Sekolah melainkan dengan Angel, malaikat kepagian yang langsung membuat mata dan hati Koko dan belasan murid laki-laki lainnya lumer.
“Kamu Koko jangan ketawa dulu…..hukuman kamu masih berlaku”Tunjuk Si Killer, tepat mengarah kemuka, seolah ia ingin menggigitnya buas.
Koko Cuma tertunduk mengucap mantra-mantra penyelamat jiwanya, ia berharap jin penghuni kelas bisa mengubah kata-katanya Si Killer.
“Perkenalkan, kali ini Bapak membawa teman baru kalian semua, ia pindahan dari kalimantan, perkenalkan nama kamu” suara serak ala mbah dukun keluar dari bibir hitam Killer yang pengidap linting putih alias rokok.
Cewek kuning langsat, manis, cantik, ayu, dan proposional banget, itu maju selangkah dari tempat ia berdiri, ia mulai membuka mulutnya.
“Nama aku…, Luna Prisma.
“eleh….pemain aktris Cinta Silver jeung Ruang nyak, eleh-eleh geulis pisan euy, meni ayu”celetuk acep warga penghuni lembah kerak bumi yang sunda teuing.
“Hemm, bukan aku cuma orang biasa, hobby aku berburu sama friendster, tapi karena disini enggak ada hutan lebat kayaknya harus di tunda, dan …aku harap kalian bisa bantu aku selama disini” suara lembutnya memenuhi isi kelas, yang membuat orang dapat tertidur seketika. Luna pun, berjalan menuju kursi kosong yang ada di depan tempat duduk Koko.
“Mang…..laler tah rek asup, liat cewek sampe mangap kos kitu, tah ti depan situ bidadarina diuk” Gorli membangunkan Koko yang terlena melihat kemolekan Luna.
Ketika istirahat, semua isi sekolah langsung menyerbu kelasnya Koko daya tampung ruang yang cuma 40 siswa berubah jadi lautan kaum adam yang ingin melihat paras ayu wanita kalimantan.
Banyak yang memasang wajah mupeng ketika ia sudah melihat Luna.
“Minggir-minggir…,”Aldo dan komplotannya datang, ketua osis yang super jago taekwondo ini menarik semua orang yang menghalanginya.
“Ngehe’ loe”celetuk salah seorang siswa yang enggak tahu siapa.
“Hai….gadis manis……, pindahan ya….dari mana…?”tanya Aldo basi dan enggak berbobot.
“Dari kalimantan” Jawab Luna singkat dan males-malesan.
“Kamu……
“Sorry aku mau ke toilet” Belum sempat Aldo meneruskan kata-kata-nya, Luna langsung berdiri beranjak pergi, tapi tetep aja mata keranjang kaum adam, pengikut buaya darat mengikutinya.
Inilah enggak enaknya jadi anak baru, bingung mau kemana-mana juga, semua masih asing.
“Eh….sorry toilet dimana….?”Luna menepuk bahu Koko dari belakang, dan itu malah membuat Koko terbengong-bengong.
“Hei…hei…”Luna melambaikan tangannya di depan wajah Koko yang mirip orang mati dan kaku.
“Ohh..o…sorry kamu kesana aja lurus terus ruang sains belok kanan sampe,”tunjuk Koko gelagapan.
“Makasih ya…, kamu yang duduk di belakang aku kan”Koko Cuma bisa mengangguk”Nanti kita ngorbrol-ngobrol daaahh…..”Luna berlalu dari hadapan Koko, tapi tidak di hatinya.
“Ini baru cinta”desis Koko pelan.
“Plaak…..”kepala Koko di pukul dari belakang.
“Anjing….”Koko mengelus-elus kepalanya.
“Mimpi loe, cinta-cinta”Gorli menarik Koko balik kekelas.
Sejak dari itulah Koko yang tadinya, enggak semangat buat kesekolah, males ngerjain Pr, tidur dikelas, sekarang berubah 1800 . Ia jadi anak yang rajin dan tepat waktu, seolah setengah nyawanya yang kemarin hilang kini sudah kembali. Ia pun semakin dekat dengan Luna, Luna yang mempuyai sedikit banget teman karena ia bukan orang yang gaul, lebih memilih Koko sebagai teman bicaranya karena Koko memang orang yang banyak tahu tentang semua hal. Sayang enggak untuk hal kewanitaan.
Setiap hari, waktu dan itu membuat perasaan cinta Koko makin membuatnya sering berdebar-debar ketika sedang berdua dengan Luna dan itu membuatnya sedikit tersiksa, kadang ada perasaan dan keinginan buat nembak Luna tapi selalu ditunda oleh Koko karena urusan fisiknya. Oleh karena itulah kemarin siang ketika jam pelajaran selesai Koko iseng nanya.
“Luna kok’ belum dapet pacar udah dua minggu disini ?,”tanya Koko yang gemetaran.
“Masih belum nemu yang cocok aja, mungkin nanti, tapi Koko tau enggak cowok yang pake jaket putih itu siapa,”Luna menunjuk Arvi maskot sekolahnya Koko.
“Oh….itu Arvi, tapi jangan sekali-kali deketin dia,”larang Koko dengan mimik serius.
“Kok’,emang kenapa ?,”Luna penasaran.
“Dia pemake….narkoba,”Koko terpaksa ngejelekin Arvi.
“Ya, udah deh pulang yuk…..
Lega sudah hati Koko saingannya telah hilang, tapi ia masih sangat merasa bersalah banget udah ngejelekin Arvi yang aslinya super duper baek. Tapi ini demi cinta pertamanya di dunia dia siap ngelakuin apa aja.
Sebulan sudah Luna ada di kota Bogor kota hujan yang akhir ini lebih sering panas, ia dan Koko semakin dekat seolah mereka sudah berteman sejak puluhan tahun yang lalu.
“ Ko, jalan aja ya…!, gak usah naik angkot, panas”Ajak Luna.
“Terserahlah…..”jawab Koko, santai.(dalem ati gugup tuuuhh…)
“Tadi lu bilang Arvi, jahat tapi kok dikantin tadi dia baik banget, kayaknya dia perhatian banget gitu”Cerocos Luna.
“oh…masa..sih…?”Koko sok-sok gak tau.
“Lu salah kali Ko,”
“Mungkin sih…”Koko ngalah.
bEsok di Skul
“Ko………Koko……..”teriak Luna.
“Hai…pagi, ceria banget….”Koko seperti biasa tersenyum sumringah.
“Gue kekantin dulu ya…Ko…pulang jangan lupa bareng lagi…”Luna berbelok kekantin..sedangkan Koko terus berjalan kekelasnya sambil terus memandang Luna….menghilang dibalik tembok.
Koko yang sejak pertama kedatangan Luna sudah memendam cintanya, berniat pulang sekolah ini mau nembak, Luna. Kenapa enggak pikir Koko, lagipula mereka udah deket banget buat pegangan tangan sama cepika-cepiki udah biasa, pulang sekolah adalah saat yang tepat,”pikir Koko yakin.
Pulang sekolah Koko pulang bersama Luna sesuai rencananya Koko ingin nembak Luna di taman bunga dekat sekolahnya. Mereka berjalan berdua seperti biasanya yang membuat mata kaum adam dan pria berjakun lainnya menelan ludah, pengen. Banyak diantara yang lainnya maki-maki Koko, Pecundang bajingan loe, bangsat, tapi Koko Cuma nanggepin dengan senyum-senyum aja.
“eh….Lun…, gue jadi ngerasa akhir-akhir ini kayaknya malaikat lebih sering turun siang…ya…dari pada malem,”Koko, mengeluarkan jurus lelaki buaya darat (Ratu kaleeee…)
“Masak…sih…..kok bisa ?
“Ya…gue ngerasa…malaikat-malaikat itu banyak beri gue pencerahan ma gue akhir-akhir ini kalau lagi siang”Koko ngeles.
“Lucu yaa……,”Luna menanggapi dengan bercanda.
“Gue juga, ngerasa pelangi selalu muncul tiap hari makin hari makin terang lebih berwarna cerah, pokoknya selalu ngasih kenyamanan kalau gue selalu deket sama pelang itu,”Koko, sok romantis.
“Loe kenapa sih Ko, kayaknya hari ini omongan lu tuh puitis gimana…gitu, kenapa sih……
Mereka berhenti di pinggir jalan. Di bawah pohon Pinus, yang rindang….adem.
“Mau ngapain Ko…?”
“Kamu tunggu disini diem dulu jangan kemana-mana nanti aku mau ngomongin sesuatu,”Koko memegang bahu Luna, dan ia bersiap menyebrang ke taman bunga yang ada di seberang untuk mengambil beberapa tangkai bunga untuk di berikan pada Luna.
“TIIIIIIIIIITTT…….GUBRAK…AAAAAAH………..
“KOKO……………..”teriak Luna kaget ia langsung menghambur ke tengah jalan, darah mengucur deras dari kepala Koko, denyut nadi terhenti, jantung diam, mata tertutup ia mati, KOKO, sang pecundang, pengungkap cinta tertunda.
“I LUV U KOKO……..”bisik Luna di telinga Koko……..tanpa nyawa, dengan mata berderai. Aku juga sangat mencintaimu, aku juga sudah mengerti dengan kata-katamu tadi…….tapi sekarang aku harus menangis, aku harus sedih……tawamu yang beberapa menit tadi menghilang, kata-katamu yang puitis tadi jadi bisu, dan kini cintamu kau bawa mati. Cinta aku dan kamu mati. Miss u KOKO.
My hoz
14-02-2006
FEBRIANSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar