Kamis, 23 Juli 2009

cerita cinta

Hari itu ketika mentari tak memancarkan cahayanya, terlihat diunjung pandangan seorang yang sedang terdiam sediri merenungi dirinya dengan diam dan lamunan.

Aku penasaran dengan apa yang dipikirkannya. Kulangkahkan kakiku ke arahnya, kuberanikan diriku untuk bertanya pada dirinya. "Maaf saya menggangu, tapi saya lihat daritadi anda hanya diam disini, disini berbahaya pak", kata saya padanya. Tapi dia tidak menjawab dan hanya diam.

Rasa penasaranku semakin membuatku tak mampu menahan ucap kataku. Aku lalu menawarkannya sebatang rokok sambil berkata "maaf pak, mau rokok?", tanyaku. Ia lalu menatap ke arah wajahku sambil sedikit tersenyum. "Terima kasih nak", begitu katanya kepada ku.

Lalu kami pun saling bercerita, tapi aku bingung kenapa ia terlihat kuat menahan rasa perih yang dirasakannya, aku tahu apa yang ia rasakan. Aku melihatnya dari raut wajahnya yang tersenyum tapi bersedih.

Ketika kami sedang asyik bercerita, tiba-tiba sebuah mobil besar berhenti di tempat kami bersantai. Tiba-tiba beberapa orang yang berbadan tegap keluar dari mobil itu dan mengusir kami dari tempat duduk kami. "Minggir!!!", kata salah satu pria berbadan tegap itu.

Sang bapak yang sudah tua hanya terdiam melihat pria-pria itu berteriak padanya. Aku pun tak dapat berbuat apa-apa karena jumlah mereka 5 kali jumlah ku. Beberapa pria mulai mengeluarkan alat-alat yang telah mereka persiapkan, dan lalu berjalan ke arah sang bapak tua. "Hai pak, ini barang kamu?, tahu ga disini bukan tempat tidur!!!?!, teriak seorang lelaki kepada bapak tua. "Maaf saya tidak tahu harus tidur dimana lagi?!, saya mohon belas kasih dari bapak", jawab sang bapak tua. "Ah saya tidak mau tahu, disini akan dipasang spanduk tokoh negara, jadi area ini harus dibersihkan!!", bentak sang lelaki.

"Tolong pak jangan", kata sang bapak tua. Tapi lelaki yang berbadan tegap seakan tak peduli dan terus melangkah ke arah gubuk pak tua, mereka mulai mengacak-ngacak dan merusak gubuk itu. "Jangan!!!, hanya gubuk itu yang saya punya!!!", teriak sang bapak tua sambil berlari ke arah beberapa lelaki itu. Beberapa lelaki tak mempedulikannya, hingga gubuk sang bapak tua rata dengan tanah. Entah dari apa hati mereka dibuat, bahkan salah satu lelaki tersebut menginjak tangan sang bapak tua yang sedang tersujud di tanah dengan tangisnya. "Kalian tidak punya hati nurani!!!", teriak sang bapak tua yang memberanikan diri.

Mendengar kata-kata sang bapak, salah seorang lelaki tadi mendatangi bapak tua dan langsung menatapnya, "apa kata kamu!!!, berani nantang!!!, dasar tua bangka!!!", teriak sang lelaki kepada bapak tua sambil menendang wajahnya. Aku langsung berlari ke arah sang bapak, tapi tak ada yang bisa kulakukan. Mereka lalu memasang spanduk salah seorang capres di tempat tersebut, sebuah spanduk yang berdiri kokoh di atas tangisan dan darah yang mengalir dari wajah sang bapak tua. Senyum manis sang capres seakan tak peduli dengan tangis dan tetesan darah sang bapak tua, asal menang saya senang!!!.

Aku lalu mengangkat sang bapak tua, lalu tiba-tiba sebuah bendera berwarna merah putih terjatuh dari saku bajunya. Terlihat di bendera tersebut sebuah tulisan kecil yaitu "peta". Sang bapak tersenyum dan lalu bercerita kepada ku, "ya bapak dulu adalah seorang pejuang, pejuang negara ini!!!, tapi sekarang bapak bukanlah siapa-siapa, hanya seorang gembel yang saat ini menangis di hadapan salah satu calon pemimpin negara ini. Dulu darah saya mengalir karena berjuang, sekarang darah saya mengalir karena orang yang saya perjuangkan. Tapi bapak tidak menyesal, karena saya tidak berjuang karena harta, saya tidak berjuang karena nama, tapi saya berjuang karena rakyat, saya berjuang karena martabat, martabat negara ini, Indonesia".

Tak ada kata-kata yang bisa saya ungkapkan ketika mendengar cerita dari sang bapak. Hanya terdiam dan terdiam.

The End...


Dari cerita di atas bisa kita ambil sebuah pelajaran. Pilihlah seorang pemimpin yang memikirkan rakyatnya. Jangan termakan oleh janji!!!...jangan termakan oleh rayuan, jangan termakan oleh kata-kata...

Hargailah para pejuang yang telah bersusah payah memerdekakan nagara ini, bukan tokoh yang sudah dikenal saja. Tapi prajurit yang rela mati di medan perang ketika itu...hargailah mereka...


Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar