Saudara atau musuh, mungkin hanya itu pertanyaan besar yang ada di benakku sejak aku datang ke palembang, bahkan sampai saat ini, sama sekali tiada keindahan ukhuwah atau hangatnya rasa bersaudara,sama sekali tiada canda tawa seorang kakak terhadap adiknya, walau keinginan itu berat sekali menggebu, ah.. hanya tinggal impian, mungkin aku harus berkaca pada sebuah pepatah, bahwa cintailah ia sekedarnya saja karena bisa jadi yang engkau cintai akan menjadi orang yang paling di benci begitupun sebaliknya, bencilah ia sekedarnya saja, sebab bisa jadi orang yang selama ini kamu benci bisa jadi menjadi sesosok orang paling engkau sukai, itu adalah bukti nyata yang menimpa pada diriku.
***
sejak aku duduk di SMA dulu ada kerinduan yang mendalam sekali aku ingin melanjutkan kuliahku bersama saudaraku di palembang, panggil saja dia akhi namanya, aku sendiri namaku fariz, jadi bisa saja sih di gabung akhi fariz hehehehe. penantian demi penantian waktu SMA akhirnya akupun lulus dalam ujian negara, Hhhhhhhh.. rasanya hatiku sudah tenang, kini tingal aku melanjutkan planing baru dan mencari suasana baru, aku benar-benar bahagia saat orang tuaku menyetujiku untuk melanjtukan kuliah di palembang, dari lahir sampai SMA aku di jawa barat, kini saatnya aku merantau, pikirku….. aku membayangkan kuliah bersama akhi saudaraku, akhi adalah adiknya ibuku, jadi kami betul-betul saudara yang ada ikatan hati tentunya, sungguh aku rindu berukhuwah bersama dalam jalan dakwah, manisnya tolong menolong, indahnya diskusi dan canda tawa, toh.. sama saudara, enggak mungkinlah akhi tidak mengakui keberadanku di sana, justru akan merasa bahagia karena kedatangannku??? Tentunya.
***
kini aku sudah bada di pulau orang, orang jawa barat asli (sunda gituloh), aku pertama kali aku menginjak kaki dari bandara melangkahkan kaki ke daerah yang konon penuh dengan kekerasan, dan kekasaran, tapi aku tak peduli karena aku pikir bahwa hidupku kini untuk adaptasi toh, ada saudara ku juga yang mau menemaniku, siapa lagi kalau bukan akhi, rasanya aku ingin melepas rindu, memeluk erat saudaraku yang sudah lama tak berjumpa, kangeeeen.
tok.. tok… tok…. “Assalamu’alaikum” saat tepat berada di depan pintu, sungguh aku baru tau rumah itu, tapi orang tuaku sudah mengetahuinya sejak lama, hanya karena aku saja yang belum pernah kesini.
“wa’alaikum salam”
cklek… pintu terbuka
kami di sambut dengan penuh rasa kangen dan sayang oleh keluarga akhi, sungguh disinilah kami melepas kangen, ah.. awal yang indah pikirku, tapi… di manakah akhi, saudaraku yang selama ini aku harapkan pertemuannya, di manakah dia???
“mba’ di mana akhi? Tanyaku takk sabar
“ oh, lagi ke kampus registrasi ulang”
ooooh.. rupanya ke kampus toh, jam berapa datang?
“ah, sebentar lagi tunggu saja”
sambil menunggu saudaraku akhi, aku melepas lelah, bayangkan dari perjalanan jawa-sumatera, sungguh lelah, aku ingin sekali berkjumpa dengan beliau dan memang benar apa yang di katakan bibi ku, tak berapa lama akhi yang selama ini aku unggu muncul juga.
“asalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam”
rasanya aku ingiiin sekali memeluknya melepas kangen, tapi apa yang terjadi??? oh, my god, akhi hanya bersalaman dan ngeloyor ke dapur entah mau ngapain, iiiiiih, dingin banget, sama sekali seolah dia tak ada kerinduan terhadap saudaranya, di mana ukhuwah yang selama ini aku dambakan? Di mana kerinduan yang aku idamkan?? Di manaaa???? Sungguh aku kecewa berat melihat respon akhi terhadapku, aku jadi teringat novel alabasternya azzuradayana tentang kedatangan fandi yang di sambut dingin oleh clark, betul-betul mirip kasus iu dengan diriku, suerrrr.
***
kuranng dari sebulan di palembang, ke dua orang tuaku kembali ke jawa barat meninggalkanku bersama keluarga akhi di palembang, saat mengetahui cueknya akhi terhadap diriku, bayangkan saja, apaun yang ia lakukan akhi tak mau melibatkan diriku, misalnya mau jalan-jalan atau apalah boro-boro mengajakku memperkenalkan situasi keadaan palembang, sebagai anak baru ingin sekali mengetahui di mana tempat-tempat penting berada, tapi… lagi-lagi, akhi terlalu cuek, ia hanya ingin berjalan dengan dirinya sendri saja,dan jangankan makan bareng, tidurpun ia tak mau seranjang dengan ku, entah apa maksudnya? Apa aku ini najis dalam pandangannya? Atau itu salah satu acara supaya membuat aku tidak betah tinggal di palembang atau apalah yang jelas aku tak ingin lebih berpikir negatif lagi karena selama ini bukan hanya saja sebatas pikiran, tapi.. sebuah tindakan menjadi kenyataan kalau akhi cuek terhadap keberadaanku. bahkan saat teman-temannya datang kerumah tak pernah mengenalkan padaku, kecuali mereka sendiri yang nyerobot kenalan denganku (karena mereka ikhwan kaleeee), itu lah yang aku herankan, kok ada karakter ikhwan yang segitu cueknya, apa tarbiyahnya kurang beres?? Ah, masa bodoh, toh dia juga cuek terhadapku. rasanya aku langsung berontak tidak betah berada di kota ini, walau aku harus kuliah tapi aku harus betul-betul sendiri, mana mau sih… akhi bareng dengan aku, toh. Dia secuek itu,
karena keberadaan itulah… akhirnya aku tak bertahan lama serumah dengan akhi, aku putuskan ingin mencari kotsan dan . atas beberapa alasan dan pertimbangan yang cukup masuk akal sebenarnya di buat-buat, akhirnya aku memutuskan diri untuk tinggal di kotsan bersama teman ku di DK, ah… lebih baik alu begini dari pada capek hati memikirkan kecuekan ini terhadapku, sampai kapaaaan?? Aku tak kuat lagi kalau hidup serumah dalam kecuekan, emangnya gue ikhwan apaan, pikirku
***
sebulan, dua bulan, tiga bulan aku perhatikan sama seklai tak ada perubahan yang jelas pada diri akhi, sungguh menyebalkan. Lalu kemana hati nurani.?? Mungkin aku saja yang egois, tapi aku berusaha ingin ngobrol panjang lebar dengannya, tapi… tak kunjung tiba, capek deeeeeh.,….
Di kampus aku berusaha aktif di LDK, dan akhi pun sama di LDK bahkan sedepertemen dengan ku yaitu syi’ar, ah… sama sekali tak berjalan dengan mulus, syuro’ hanya sekedar syuro’ dan yang lainnya lagi-lagi cuek, bahkan saking cueknya, makan pun tidak pernah mau bareng, apakah aku najis?? Capek deeeeeeh…
Ternyata hidupku tanpa dia juga bisa berjalan, aku bisa beradaptasi dengan teman-teman ikhwahku di di kampus, keberadaan teman-teman di sisiku lumayan menghiburku, dan merek itulah (temen ngaji) yang membuatku betah di palembang.
***
tak terasa, aku di palembang sudah 2 tahun lamanya, selama itulah dia cuek terhadapku, boro-boro bermuta’ba’ah padaku tentang tilawah berapa juz atau qiyamulail berapa malam, sama sekali tak ada ungkapan itu, pokoknya masih seperti semula lah…. Saat ini, sekarang aku tak memikirkan masalah dengan akhi lagi, karena aku sedang di rundung maslah baru yang lebih besar, aku kehabisan uang, tabunganku habis sedangkan meminta lagi pada orang tua aku malu, ingin sekali aku membebaskan orang tua dari bebanku, makanya sedarurat apapun aku tak pernah menelepon kepada orang tua untuk mentransfer sejumlah uang, sungguh aku tak mau jadi beban dalam hidup orang tuaku, tapi.. entah harus ke mana aku mencari sejumlah uang untuku, sedangkan aku sendiri memerlukannya, di samping untuk uang keperluan kuliah, makalah atau yang lain termasuk uang makan sendiri, sungguh berat aku memikirkan hal ini, capek banget….
Setelah habis shalat zhuhur, aku duduk termenung memikirkan nasibku entah sampai kapan aku akan merasakan kemalangan nasib ini, sungguh aku bingung, paling satu-satunya cara adalah meminjam kepada sohib ku, tapi…. Inikhan tanggal tua, atau minjam ke akhi kali yah?? Ehem… no, no banget deeeeh…
Saat aku sedang khusyu bengong, tiba-tiba aku di kejutkan dengan sesosok yng selama ini aku benci, yang selama ini membuatku capek hati, siapa lagi kalau akhi, langkah akhi lahan tapi pasti menghampiriku, betulkah? Aku seakan tak percaya,
“assaalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam”
“katanya antum lagi habis duit yah”
“enggak ah, kata siapa?”
“sudahlah jangan bo’ong, nih kakak ada uang” “kata akhi sambil menyodorkan uang senilai 100 seratus ribu, dia mengepalkan pada tanganku yang terrtutup, sungguh aku tak percaya sabaik itukah pada diriku, beginikah cara akhi menyatakan cinta padaku, tidak harus memberikan pesona yang romantis, tidak harus ada kedekatan interaksi, tapi.. di mana ada kesusahan di sanalah ia berada, di mana ia di perlukan di situlah ia datang, oh.. beginikan sesosok akhi menyatakan cintanya pada sauadara????
ssssstt… kemarin baru saja melaksanakan ujian negara, aseliii murni dari siswa, sama sekali tidak ada bantuan deh dari sekolah, objektif banget pokoknya, karena aku sudah lama konsentrasi untuk sekolah, makannya aku tenang tenang saja menanti pengumuman kelulusan, aku yakin deh,… karena orang tua ku juga selalu mendoakan anak tercintanya,
akhirnya, saat-saat pengumuman pun tiba, ada kebahagiaan terpancar dari senyumku, saat pengumuman juara umum, aku mendapat penghargaan penuh oleh kepala sekolah sebagai juara terbaik dan lulus dengan nilai terbesar, sungguh kini aku merasakan kebahagiaan yang mendalam, aku berhasil membahagian orang tua, Dodi, Didi, meraih prestasi ke dua dan ke tiga , kebetulan mereka berdua adalah teman-teman rohisku juga, alhamdulilah kami luluuuus dengan memuaskan, sungguh di sini aku melihat tangis kebahagiaan dari orang tuaku, mereka memeluk erat mensyukuri prestrasi yang ku dapat, sungguh aku merasa menjadi orang yang paling beruntung, alhamdulilaah… sedangkan di sisi lain, ada muka kesedaihan yang mendalam, dion teman sebangkuku yang selalu sibuk dengan curhat romantisnya dengan pacara, kini berwajah murung, tentu bisa ketebak apa yang terjadi, lima orang sekelas kami tidak lulus , salah satunya adalah dion yang selalu sibuk beromantis ria, ya allah.. baru kali ini aku merasakan kebahagiaan hakiki, kebahagiaan yang terdalam atas kelulusan murni dari hasil keringat ku sendiri, orang tuaku sangat senang dengan ini… sungguh, kini aku baru faham, kenapa orang tuaku mendeportasikanku ke tempat angker itu???? Inilah SEBENARNYA CINTA orang tuaku pada diriku, thank you for all you trows,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar